Studi: Suntik Hormon Kesuburan Berisiko Bayi Lahir Cacat
- Pixabay/pexels
VIVA.co.id – Setiap pasangan menginginkan keturunan. Tapi alangkah baiknya, jika Anda lebih bijaksana memilih metode perencanaan kehamilan untuk mendapatkan keturunan yang sehat.
Salah satu cara untuk meningkatkan kesuburan adalah dengan mengonsumsi obat oral. Selain itu, biasanya dokter, akan menyarankan untuk melakukan suntik steroid (kortikosteroid) untuk meningkatkan kesuburan.
Kortikosteroid merupakan tiruan dari hormon manusia yang normalnya diproduksi oleh kelenjar adrenal (dua kelenjar kecil di atas ginjal).
Namun berdasarkan laporan dari Human Reproduction, resep obat untuk meningkatkan kesuburan ini tergolong jenis obat yang keras, sehingga memiliki efek samping yang sangat serius jika digunakan sebagai penyubur kandungan, kortikosteroid dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir prematur hingga kecacatan pada bayi.
Terlebih, kaum wanita yang mengonsumsi obat-obatan jenis tersebut selama trimester pertama, sebanyak 64 persen lebih banyak mengalami keguguran, dan anak-anaknya yang lahir, memiliki tiga hingga empat kali kemungkinan mengalami bibir sumbing.
Masalah tersebut mungkin saja disebabkan akibat kortikosteroid yang menekan sistem imun dari tubuh seseorang yang mengonsumsinya. Seperti dijelaskan oleh pemimpin studi, Sarah Robertson, yang dilansir dari laman Glamour. Menurutnya, dokter dan pasiennya terkadang percaya akan khasiat jenis obat tersebut untuk membantu kehamilan, tapi nyatanya tidak sepenuhnya benar.
Para dokter disarankan untuk lebih berhati-hati untuk keselamatan pasien serta si calon janin. Sebaiknya, dokter tidak hanya fokus pada bagaimana memberi kesuburan dan membuat kehamilan terjadi, tapi juga efek samping akibat konsumsi obat jenis tersebut.
Untuk itu, direkomendasikan agar para dokter berhenti memberikan obat jenis kortikosteroid kecuali pasien memiliki penyakit autoimun. Oleh sebab itu, kortikosteroid tidak disarankan untuk kesuburan karena efeknya yang membahayakan.