Di Indonesia Hanya Ada 10 Dokter Ortopedi Khusus Anak
- Pixabay/geralt
VIVA.co.id – Banyak anak memiliki cita-cita impian yang dipilih sebagai profesi kala menginjak dewasa. Banyak dari mereka yang memilih menjadi polisi, insinyur, dan dokter.
Tiga cita-cita ini paling sering terdengar saat bertanya pada anak-anak. Seiring bertambah usia, ternyata pilihan profesi jauh lebih banyak dari yang dibayangkan. Bahkan dokter saja ada beragam jenisnya. Seakan setiap bagian tubuh memiliki ahlinya masing-masing. Seperti misalnya mata, telinga, paru-paru, gigi, anak dan dokter bedah.
Dokter gigi, bedah ternyata juga memiliki banyak ragam pilihan saat kita datang ke sebuah rumah sakit besar. Dan beberapa dari profesi tersebut ternyata sangat langka. Karena tidak banyak yang memilih konsentrasi jurusan tertentu.
"Saya itu dibilang langka, bahkan perlu masuk museum kata teman saya. Karena hanya ada 10 dokter bedah tulang anak di Indonesia," canda DR.dr.Aryadi Kurniawan, Sp.OT (K), dokter bedah ortopedi dan traumatologi anak dari Rumah Sakit Premier Jatinegara, Kamis, 25 Agustus 2016.
Tak banyak berbeda dengan karakter dokter anak lainnya yang ramah dan humoris, dokter Aryadi juga memiliki pembawaan ceria dan humoris. Namun jangan diartikan pekerjaannya didapat dengan mudah. Dengan langkanya profesi ini, tentu ada kesulitan tersendiri hingga dokter ortopedi anak hanya ada 10 orang di Indonesia.
"Zaman dahulu ortopedi itu dokter patah tulang, jadi dahulu belum ada kebutuhan. Begitu masyarakat itu tumbuh, kita kan developing world ya, sebagian 10 persen dari kita itu developing world, 10 persen masyarakat Indonesia itu tidak kalah dengan Singapura, Australia. Tapi 10 persen dari 255 juta itu banyak lho. Sehingga dirasa perlu orang untuk belajar ortopedi anak. Maka dikirimlah orang-orang sekolah di luar, di sini belum ada sekolahnya."
Ternyata sedikitnya jumlah dokter ortopedi anak ini tidak hanya di Indonesia, namun juga di seluruh dunia."Jadi memang selalu negara-negara itu merasa butuh ortopedi anak setelah dia lepas makan, kebutuhan primer sudah lepas, baru dia berpikir 'apa ya biar kualitas hidupnya meningkat.' Jumlah ortopedi anak memang tidak banyak."
Padahal, masih menurut dokter yang praktik di Rumah Sakit Premier Jatinegara ini, kesempatan berkarier di bidang ini sangat besar. Karena jumlah kasus CTEV cukup besar.CTEV atau Congenital talipes equino-varus atau clubfoot adalah kelainan bawaan kaki pada anak yang paling sering ditemui.
"Kita punya 4,8 juta bayi sehat setahun, dengan angka itu kasus CTEV yang kaki bengkok ada 4000 kasus, kasus DDH (Development Dysplasia of the Hip-- kelainan bawaan yang biasanya akibat dibedong yang bisa menyebabkan tulang geser dan tak tumbuh)."
Ia juga menjelaskan ada 4.000 sampai 8.000 kasus, CP (Cerebral Palsy atau lumpuh otak) dari 8.000 sampai 12 ribu kasus, banyak sekali sebenarnya, yang tidak terdeteksi.
Dokter Aryadi pun mengatakan, profesi yang dijalani dengan bidang yang digelutinya kemungkinan ini kurang diminati, hingga hanya ada 10 dokter di seluruh Indonesia, adalah karena sekolahnya sendiri belum ada di Indonesia.
"Karena sekolahnya belum ada, sekolahnya di luar negeri semua, mahal, lama. Dari 10 itu yang benar-benar sekolah tidak 10 lho, seperti Profesor-profesor itu, zaman beliau otodidak saja, zaman mereka belum ada (Sekolah khusus ortopedi anak), kami yang masih muda yang sekolah ke luar negeri."