Ini Alasan Mengapa Anak Sulit Mendengarkan Perkataan Anda
- pixabay/publicdomainpictures
VIVA.co.id – Orang tua seringkali kesulitan berkomunikasi dengan anak dan menganggap bahwa anak-anak tidak mau mendengar atau mematuhi ucapan mereka. Tidak hanya itu, saat anak mengajukan pertanyaan orangtua juga seringkali kesulitan untuk menjawab.
Mengapa berkomunikasi dengan anak begitu sulit? "Hal yang paling mendasar saat berkomunikasi dengan anak bahwa orangtua sering berbicara pada anak tanpa memahami bagaimana anak menerima pesan tersebut," ujar Michael Thompson, Ph.D., penulis buku Raising Chain.
Ia menambahkan bahwa, orangtua sering berasumsi bahwa anak mereka memahami apa yang mereka katakan secara langsung. Padahal anak-anak tidak selalu memahami perkataan orangtua secara verbal, karena itu timbul kesalahpahaman yang berakibat pada anak tidak mendengarkan bahkan cenderung tidak peduli terhadap perkataan orangtua.
Berkomunikasi dengan anak tidaklah sulit jika Anda menggunakan bahasa yang yang mereka pahami dan teknik yang masuk akal. Berikut ini adalah cara berkomunikasi yang baik dengan anak. Namun satu hal yang harus Anda perhatikan, bahwa sifat anak tidak selalu sama antara satu dan yang lainnya. Sebaiknya Anda eksplorasi dan memahami terlebih dahulu bagaimana sikap buah hati Anda. Berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk membangun komunikasi yang baik bersama buah hati Anda, seperti ddilansir dari laman PBS Parents.
1. Luangkan waktu untuk mendengarkan
Ini penting untuk Anda lakukan. Luangkan waktu untuk mendengarkan dan memahami bahasa serta ucapan anak. Sesekali lakukan kontak mata saat berbicara pada anak. Dengan begitu, anak akan memahami bahwa mereka benar-benar didengarkan.
2. Ulangi apa yang anak Anda katakan
Untuk memperjelas keinginan anak, sebaiknya Anda mengulang kembali apa yang buah hati Anda katakan. Misalnya saat si buah hati ingin makan ayam goreng, Anda bisa mengulang keinginannya. contoh, "Kamu ingin ayam goreng untuk bekal makan siang kan?".
Pengulangan kalimat ini harus dilakukan dengan nada bicara yang tenang ketika buah hati Anda sedang dalam kondisi tantrum, Anda bisa katakan "Ibu mengerti kalau kamu marah dan kesal."
3. Ajukan pertanyaan spesifik untuk membangun komunikasi
Anda bisa menannyakan pertanyaan seperti "Kamu bisa jelaskan pada ibu apa yang terjadi?" atau "Kenapa kamu menangis? Apa yang membuat kamu merasa sedih?"
Dengan menannyakan pertanyaan seperti itu, buah hati Anda akan belajar untuk mengungkapkan perasaannya dengan berbicara dan bukan menangis.
4. Respon setiap pernyataan anak
Katakan hal-hal sederhana untuk merespon perkataan anak Anda seperti, "Ibu senang mengetahui itu." Atau "Ibu mengerti maksudmu." Terkadang, anak membutuhkan jawaban sederhana dari ceritanya.
5. Jangan cepat menyangkal pernyataan anak, meskipun Anda tahu ia salah
Dengarkan seluruh penjelasannya sebelum Anda menyangkal pernyataannya atau sebelum mengatakan tidak.
Misalnya, ketika anak mengatakan tidak ingin berangkat ke sekolah, Anda bisa menanyakan alasannya, "Mengapa kamu tidak ingin sekolah? Apa yang terjadi?" Jangan langsung memerintahkan anak dengan nada menyuruh sebelum Anda mendengarkan alasannya.
6. Beri waktu beberapa saat untuk memikirkan dan menjawab permintaan dan pertanyaan anak
Meskipun jawaban final Anda tetap 'tidak' sebaiknya tetap katakan pada Anak bahwa anda akan mempertimbangkan permintaan anak. selain itu, hentikan sejanak komunikasi Anda untuk memikirkan soal opini anak dan untuk menanggapinya. Hal itu membuat anak merasa dihargai.
7. Ungkapkan perasaan Anda
Hal ini penting bagi kedua pihak antara Anda dan buah hati. Mengungkapkan perasaan marah, sedih, kecewa, kesal, dan lain sebagainya penting untuk disampaikan agar anak tahu dan menyadari sikapnya akan berdampak pada perasaan orang lain.
(ren)