52 Persen Orang Jakarta Pilih Junk Food untuk Menu Sarapan
- Pixabay/jimmyxrose
VIVA.co.id – Sarapan memiliki peran penting dalam kesehatan dan sistem metabolisme tubuh sehari penuh. Sarapan juga menentukan keberhasilan pengendalian berat badan dan konsentrasi otak. Namun, masih banyak orang yang melewatkan sarapan atau bahkan memilih makanan tidak sehat tidak mengandung nutrisi dan tidak menyehatkan.
Dari rilis yang diterima VIVA.co.id, Kamis, 18 Agustus 2016, terungkap fakta bahwa sebanyak 52 persen orang Jakarta menjadikan junk food sebagai alternatif sarapan mereka. Padahal secara harfiah, ‘junk food’ berarti ‘makanan sampah’ atau makanan nir-nutrisi atau dalam kata lain junk food adalah makanan yang tak memiliki nilai gizi yang cukup bagi tubuh.
Menurut survei yang dilakukan Qraved kepada 13.890 koresponden, sebanyak 92 persen orang sadar bahwa junk food tidak memiliki nilai gizi dan manfaat bagi tubuh mereka, namun mereka terus mengonsumsi makanan tersebut karena beberapa hal.
Sejumlah 62 persen koresponden mengaku mengonsumsi junk food karena praktis dan mudah untuk mendapatkannya. Kemudian 19 persen mengaku menyantap junk food karena rasanya yang enak. Terakhir, sebanyak 18 persen mengaku melahap junk food karena kesibukan kerja mereka.
Membatasi konsumsi junk food tentu bukan tanpa alasan. Itu karena junk food memiliki dampak buruk bagi kesehatan, seperti obesitas, jantung, diabetes, stroke, kecanduan dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Berdasarkan hasil survei, 45 persen orang mengkonsumsi junk food tiga kali per minggu. Kemudian sebanyak 20 persen mengaku mengonsumsi junk food dua kali per minggu, 18 persen koresponden mengonsumsi hanya satu kali junk food per minggu. Kemudian 9 persen mengonsumsi junk food lebih dari lima kali per minggu, dan terakhir, 8 persen koresponden menyantap junk food empat kali dalam seminggu.
(mus)