Ini yang Terjadi Pada Otak saat Anda Mengonsumsi Gula
- Pixabay/gugue
VIVA.co.id – Otak secara aktif mengambil gula dari darah. Nah, seorang ilmuwan Jerman telah menemukan dalam sebuah studi bahwa hal tersebut ternyata dapat menyebabkan kemajuan dalam pengobatan diabetes dan obesitas.
Menurut para peneliti di Technical University of Munich, sel-sel di otak memiliki konsumsi gula tertinggi dibandingkan organ lain di dalam tubuh. Ini untuk mengontrol metabolisme dan rasa lapar lebih dari yang diyakini sebelumnya. Demikian dilansir The Independent.
Sebelum studi yang diterbitkan dalam jurnal Cell ini dilakukan, kebanyakan ilmuwan berpikir pergerakan gula ke dalam otak adalah sebuah proses yang benar-benar pasif.
Tapi temuan ini menunjukkan bahwa sel-sel otak ternyata punya peran yang lebih penting dalam menyesuaikan metabolisme dari yang diduga sebelumnya. Mereka juga menyimpulkan bahwa temuan tersebut membuka jalan penemuan obat untuk sejumlah penyakit akibat makanan yang umum terjadi.
"Hasil studi kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa metabolisme penting dan proses perilaku tidak diatur melalui sel-sel saraf sendiri dan bahwa jenis sel lain dalam otak, seperti astrosit yang memainkan peran penting," kata Matthias Tschöp, Direktur Divisi Penyakit Metabolik.
Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dan bisa membantu menjelaskan mengapa begitu sulit untuk menemukan obat-obatan yang cukup efisien dan aman untuk diabetes dan obesitas sampai sekarang.
Menggunakan tomografi emisi positron, atau teknik pencitraan khusus, peneliti mampu menunjukkan bahwa hormon seperti insulin dan leptin berfungsi secara khusus pada sel-sel otak ini untuk mengatur asupan gula ke otak.
Para peneliti menemukan reseptor insulin yang hilang di permukaan astrosit mengakibatkan kurangnya aktivitas di neuron yang mengekang asupan serapan makanan sebagai bagian dari regulasi otak dari metabolisme kita.
Meski begitu, menurut para ilmuwan, dibutuhkan serangkaian studi lebih lanjut untuk menyesuaikan model lama kontrol saraf akan asupan makanan dan metabolisme. Pemahaman yang lebih baik dari interaksi antara sel-sel tersebut akan mengarah ke cara-cara baru untuk membatasi masalah kecanduan gula dan memberikan pengobatan yang lebih baik untuk masalah obesitas dan diabetes.
Cristina García-Cáceres, neuro-biologi di Helmholtz Diabetest Centre di Munich dan penulis utama penelitian ini, mengatakan, "Kami memiliki banyak pekerjaan ke depan, tapi setidaknya sekarang kami memiliki ide yang lebih baik untuk mencarinya."
Sebuah laporan yang dirilis World Health Organization (WHO) bulan April lalu mengungkapkan jumlah penderita diabetes telah meningkat empat kali lipat di seluruh dunia selama 35 tahun terakhir.
WHO mengatakan 150 negara telah menetapkan target yang ambisius untuk mengurangi penyakit tidak menular, seperti diabetes.