Ajarkan Anak Kontrol Diri Sejak Usia Dua Tahun

Ilustrasi Balita
Sumber :
  • Pixabay/ PublicDomainPictures

VIVA.co.id – Jika anak sering menangis atau menjerit di tempat umum (tantrum) mungkin inilah saatnya, Anda mengajarkan tentang kontrol diri dan membiasakan buah hati Anda agar bisa mengatur emosinya.

Mengajarkan anak tentang mengontrol diri adalah salah satu faktor penting yang harus dilakukan dalam mendidik anak sejak dini. Karena mengontrol diri sendiri terutama emosi sangat berpengaruh pada kesuksesannya di masa mendatang.

Dengan belajar mengontrol diri dan emosi, kelak akan membantu anak bersikap tepat saat mengambil keputusan meskipun dalam kondisi rumit sehingga mampu mengeluarkan hal-hal yang positif.

Sebagai contoh, jika anak Anda meminta es krim, namun Anda mengatakan kalau Anda akan memberinya ek srim tersebut setelah sarapan, mungkin buah hati Anda akan menangis, atau mungkin berteriak dan berharap Anda akan memberikannya. Namun, jika anak Anda sudah terbiasa dengan kontrol diri, maka anak Anda akan memahami perkataan Anda, bahwa jika ia menangis justru Anda tidak akan memberikan es krim, maka lebih baik ia bersikap bersabar dan menunggu Anda memberikan es krim setelah sarapan.

Lalu, sebaiknya sejak umur berapa anak bisa diajarkan tentang kontrol diri dan emosi? Dilansir dari laman Kidshealth, mengajarkan anak tentang kontrol diri dan emosi bisa dilakukan ketika anak berusia 2 tahun.

Berikut ini cara sederhana mengajarkan anak tentang kontrol diri dan emosi.

Usia hingga 2 tahun

Pada usia ini, anak masih belum memahami bahwa ada beberapa hal yang mereka inginkan tidak selalu bisa atau memungkinkan untuk didapatkan. Saat balita Anda mulai tantrum, tindakan yang paling tepat adalah mengalihkan perhatiannya kepada aktivitas lain.

Laporan World Economic Forum: 65 Persen Anak yang Lahir Sekarang Akan Alami Tantangan Besar

Usia 3-5 tahun

Pada usia ini anak sudah cukup memahami situasi. Pada momen tersebut, Anda bisa memberi buah hati Anda 'timeout' atau sistem strap di pojok ruangan. Sediakan sebuah bangku dan katakan pada buah hati Anda kalau ia boleh meninggalkan bangkunya jika ia kembali tenang dan menurunkan emosinya. Sistem strap ini tidak membutuhkan waktu lama, biasanya dalam waktu kurang dari 10 menit anak akan kembali tenang. Waktu timeout ini bertujuan untuk mendisiplinkan anak sekaligus memberikan anak waktu untuk memahami sikapnya. Jangan lupa untuk memberikannya pelukan sekaligus pemahaman mengenai sikapnya.

Peringati Sumpah Pemuda, Isu Perempuan Hingga Pendidikan Anak Dibahas

Usia 6-9 tahun

Anak usia sekolah tentunya telah memahami lebih baik tentang konsekuansi. Pada usia ini, anak dapat memilih sikap yang akan ia tunjukkan, apakah sikap baik atau buruk. Mengajarkan kontrol diri pada usia ini, cukup ajak anak untuk berdiskusi. Tatap matanya, kemudian tanyakan secara jelas soal keinginannya. Anda bisa membantunya untuk menjelaskan akibat buruk yang akan terjadi jika Anda menuruti kemauannya. Misalnya, dengan mengatakan, "Jika kamu makan es krim sebelum sarapan, mungkin saja kamu bisa sakit perut."

KPAI Beri Rekomendasi untuk Cegah Pelanggaran Anak, Simak Yuk!

Intinya, Anda dapat membantu anak untuk menggunakan logika berpikirnya.

Bunga Zainal

Berkaca dari Kasus Bunga Zainal, OJK Ungkap 6 Ciri-Ciri Investasi Bodong

Bunga Zainal mengaku kehilangan miliaran rupiah akibat investasi bodong yang dilakukan teman dekat. OJK membeberkan ciri-ciri investasi berkedok penipuan. Jangan tertipu!

img_title
VIVA.co.id
2 September 2024