Cara Sederhana Latih Bayi Bersosialisasi

Ilustrasi dua anak.
Sumber :
  • Halomoney.

VIVA.co.id – Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa bayi terlahir sebagai makhluk sosial. Mereka memiliki kemampuan alami untuk menjalin pertemanan. Para ahli pertumbuhan anak mengatakan, ketika bayi Anda sedang senang-senangnya menggigit kepala teman seusianya, di situlah mereka mempelajari keterampilan interpersonal.

Karena pengalaman interaksi sosial pertama anak didapat melalui orangtua. Ibu dan ayah harus mengambil peran sebagai pelatih emosi yang membantu mereka membangun keterampilan berbicara dan pengendalian emosi diri, demikian seperti dikutip dari laman Times of India.

Menjadi tali pengendali emosi

Sangatlah normal bagi anak-anak untuk memiliki pikiran negatif dan impuls egois, tapi menjadi tugas Anda untuk menjaganya tetap terkendali. Ini sangat penting karena empati, pengambilan sudut pandang, dan pemikiran moral memiliki peran besar dalam menarik teman. Orangtua harus dapat mengajak buah hatinya membicarakan perasaannya tanpa meremehkan mereka.

Tunjukkan sikap hangat

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak kemungkinan besar akan mendapatkan penolakan dari teman-temannya jika orangtuanya bersikap otoriter. Pola asuh seperti ini memiliki karakteristik rendah sikap hangat dan sangat mengontrol anak.

Di sini, orangtua cenderung mengecilkan diskusi dengan cara bijaksana dan lebih mempraktikkan hukuman. Dalam kasus seperti ini, anak-anak akan mengalami kesulitan dalam membangun pengertian diri mana salah dan benar. Mereka juga menunjukkan agresi yang lebih tinggi, menjadi anak yang penantang dan menentang disiplin bahkan pada aturan tak tertulis dalam pertemanan.

Contohkan sopan santun

Kesopanan bukan sekadar mengatakan 'tolong' atau 'terima kasih' tapi sensivitivitas dalam berkomunikasi yang sebagian besar diambil dari contoh. Ini artinya cara Anda bicara atau berargumen bahkan dengan pasangan Anda akan secara langsung mempengaruhi bagaimana buah hati Anda berinteraksi dengan teman sebayanya.

Penelitian menunjukkan bahwa orangtua yang memberikan kata balasan tingkat tinggi dalam komunikasinya dengan anak-anak akan mememiliki buah hati yang memiliki kompetensi sosial dan keterampilan negosiasi lebih baik. Cara untuk melakukan ini adalah dengan melibatkan anak-anak dalam dialog keluarga. Dengarkan apa yang dibicarakan buah hati Anda sehingga mereka juga belajar bagaimana memberi perhatian ketika orang lain bicara.

Jangan menunjukkan sikap mengecilkan mereka dan cobalah memberikan kontak mata sebisa Anda ketika berbicara dengan mereka.

Mulai sedini mungkin

Ahli pertumbuhan anak menyarankan agar para orangtua mengadakan playdates bagi anak-anak balita. Mereka tidak hanya akan .erasa nyaman berkumpul dengan anak seusia mereka, bermain secara paralel di mana anak-anak duduk berdekatan dan melibatkan mereka bermain bebas dan diperhatikan teman lainnya akan membantu perkembangan kognitif mereka

Ketika mereka bertambah usia, Anda bisa membantu mereka dengan memberikan mainan yang membutuhkan dua pemain. Hindari mainan yang hanya dimainkan sendiri, sebaiknya berikan permainan yang mendorong mereka untuk berbagi. Hal ini akan mengajarkan mereka untuk berinteraksi dan pada akhirnya membentuk pertemanan yang baik. Biarkan mereka mengendalikan permainan mereka.

Awasi, bukan ikut campur

Mendidik Generasi Tangguh: Tips Dokter Aisah Dahlan Cegah Anak Terjerumus Liberalisme

Anak-anak balita memang butuh pengawasan ketat. Tapi ketika anak bertambah besar, orangtua harus mengurangi keterlibatan dalam permainan mereka. Orangtua yang terlalu banyak mengatur anak-anak mereka akan menghambat kesempatan mereka  dalam membangun kemampuan sosial. Ketahui kapan harus mengintervensi dan kapan tidak. Selain itu, bagi anak-anak yang kesulitan dalam berteman, hindari permainan yang kompetitif dan situasi yang mengundang konflik atau merusak kerja sama.

(ren)

Mona Ratuliu Ungkap Pentingnya Bergaul Lahir Batin dengan Anak
Baim Wong dan Paula Verhoeven

Baim Wong Bongkar Aib Paula Verhoeven, Ternyata Bisa Berdampak pada Psikis Anaknya

Sebaiknya, orang tua memberikan pengertian kepada anak-anak bahwa mereka mungkin tidak akan tinggal bersama lagi.

img_title
VIVA.co.id
9 Oktober 2024