Biaya Mahal untuk Mengobati Hepatitis

ilustrasi obat/produk kesehatan.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id - Kenal dengan pepatah 'Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati'. Ya, ternyata hal tersebut juga berlaku dalam penanganan virus hepatitis yang semakin berkembang.

Diakui oleh dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH bahwa penyakit hepatitis merupakan salah satu penyakit dengan biaya tinggi. Terlebih, biaya tinggi disebabkan dengan terapi yang berlangsung seumur hidup pengidapnya.
 
"Virus hepatitis itu bukan virus yang mudah dihilangkan. Makanya harus diberikan terapi seumur hidup," ujarnya dalam diskusi Kenali, Deteksi, Obati Hepatitis di kawasan Cikini, Jakarta, Selasa, 9 agustus 2016.
 
Pemberian terapi berupa injeksi atau metode dengan jarum suntik untuk obat interferno. Kesulitan dalam melakukan metode dengan jarum suntik tersebut membuat pengidapnya cenderung malas untuk rutin kontrol kesehatannya.
 
"Kendalanya itu karena terapi melalui injeksi atau jarum suntik, makanya sekarang mulai ada terobosan baru dengan obat melalui oral atau cukup diminum saja," jelasnya.
Awas, Hepatitis C Bisa Memicu Parkinson di Kemudian Hari
 
Namun, bukan perkara mudah dalam mendapatkan obat tersebut. Adalah Sofosbuvir yang merupakan obat yang mengandung direct-acting antiviral (DAA) atau yang langsung tertuju untuk membunuh virus hepatitis.
Hepatitis A Mewabah di IPB, Ini Cara Cegah Penularannya
 
"Per tablet seharga seribu dolar. Luar biasa mahalnya itu satu tablet itu," kata dia.
Banyak Mahasiswa Kena Hepatitis, Ini Langkah IPB
 
Untungnya, kini pemerintah sudah memiliki akses yang mempermudah sehingga obat jenis tersebut sudah tidak lagi semahal itu. Diklaim dengan harga Rp3,7 juta per botolnya, mampu menekan jumlah virus yang tertanam di hati.
 
Sayangnya, obat tersebut masih sangat terbatas dan hanya tersedia di RSCM Jakarta. Untuk itu, dr. Irsan menganjurkan agar mencegah virus hepatitis dengan menjaga kebersihan, deteksi dini juga imunisasi.
 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya