Ketahui Efek Jangka Panjang Minuman Alkohol untuk Kesehatan
Kamis, 4 Agustus 2016 - 13:38 WIB
Sumber :
- REUTERS/Darren Whiteside
VIVA.co.id
- Sudah cukup lama diketahui, minuman beralkohol, berbahaya untuk kesehatan. Alkohol adalah zat penekan susunan saraf pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan. Tapi, bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan efek samping ganggguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berprilaku.
Selain itu, dapat pula menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti hati, otak, saraf dan pembuluh darah.
Dr Jezy Reisya dari
Selain itu, dapat pula menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti hati, otak, saraf dan pembuluh darah.
Dr Jezy Reisya dari
pun menjelaskan pada
terdapat dua efek konsumsi alkohol, yaitu efek jangka pendek dan jangka panjang. Efek yang diberikan bisa berbeda-beda tergantung dari kadar alkohol dari minuman keras yang diminum.
"Untuk efek jangka pendek, bisa dirasakan dalam beberapa menit setelah mengkonsumsi alkohol. Misalnya, mudah tersinggung, bicara ngawur, atau kehilangan konsentrasi," katanya.
Selain itu, meminum-minuman keras mengakibatkan fungsi motorik tidak berjalan secara normal seperti bicara cadel dan sempoyongan. Ketidaksadaran ini secara berangsur akan hilang dalam kurun waktu 4 hingga 6 jam, sedangkan efek jangka panjang yaitu kerusakan organ tubuh.
"Untuk efek jangka panjang, organ yang paling sering terganggu adalah hati. Konsumsi alkohol dalam jangka panjang dapat merusak sel-sel hati."
Penyakit pada organ hati yang dapat timbul antara lain; perlemakan hati, hepatitis dan sirosis. Selain hati, organ lainnya adalah otak dan syaraf, mata, sistem pencernaan, jantung, tulang dan sistem reproduksi. Efeknya bisa terjadi masalah pencernaan, asam urat yang tinggi, kanker, anemia, penyakit jantung, demensia, gangguan pada mata, disfungsi ereksi, osteoporosis, sistem kekebalan tubuh melemah, dan lain-lain.
Dr Jezy juga menjelaskan penggunaan alkohol yang terus-menerus bisa menyebabkan kecanduan atau si pengkonsumsinya mengalami toleransi dan ketergantungan. Toleransi adalah peningkatan penggunaan alkohol dari jumlah kecil, menjadi lebih besar untuk mendapatkan pengaruh yang sama. "Ketergantungan adalah keadaan dimana alkohol menjadi bagian yang penting dalam kehidupannya, banyak waktu yang terbuang karena memikirkan cara mendapatkannya, mengonsumsi, dan bagaimana cara berhenti," jelasnya. Mereka akan mengalami kesulitan untuk menghentikan atau mengendalikan jumlah alkohol yang dikonsumsi.
Lalu, benarkah minuman beralkohol dapat mengakibatkan fisik terlihat lebih tua dan perut yang buncit?
Lebih jaug dr Jezy menyatakan, cepat tua tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi alkohol, namun konsumsi alkohol dalam jangka panjang bisa menimbulkan kerusakan pada organ tubuh yang dapat menurunkan kualitas hidup seseorang misalnya menurunnya daya ingat, lebih cepat terkena osteoporosis, mempercepat terjadinya menopause, risiko kanker hati,dll. Perut buncit bukanlah gejala khas efek samping konsumsi alkohol.
Dr Jezy pun mengatakan, banyak hal yang membuat seseorang tidak bisa berhenti mengkonsumsi alkohol. Bisa karena dipengaruhi oleh faktor psikologis. Misalnya, tidak dapat mengelola stres dengan baik, gaya hidup, lingkungan pergaulan, dan efek kecanduan yang tidak dapat dihentikan.
"Tips menghentikan kecanduan minuman beralkohol adalah dengan mengubah gaya hidup Anda. Hindari diri dari bentuk fisiknya, guna mengurangi hasrat untuk mencicipinya."
Hindari pergaulan yang bisa memancing Anda untuk mengonsumsi alkohol. Lakukanlah kegiatan positif yang bisa mengalihkan keinginan Anda dari minuman alkohol, seperti; melakukan hobi, berolahraga, ikut kegiatan sosial. Bila mengubah gaya hidup saja belum cukup ampuh, disarankan untuk Anda menjalani pengobatan medis atau rehabilitasi.  Â
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
MeetDoctor