Cara Membahas Bullying dengan Anak
- Pixabay
VIVA.co.id – Tindakan bullying atau penindasan yang biasa terjadi pada anak remaja, baik itu secara online, atau di sekolah merupakan hal yang wajar terjadi. Dan meski cukup umum didengar, membicarakan penindasan dengan anak adalah hal yang sulit.
Robert Faris, Profesor dari University of California mengatakan bahwa anak biasanya tidak memberitahu orangtua bahwa mereka telah menjadi korban penindasan. "Anak-anak tidak bicara kepada orang dewasa tentang penindasan, itu termasuk orangtua mereka sendiri, pembimbing, juga guru," kata dia.
Untuk itu, menurut dia, orangtua harus menjadi detektif. Berikut ini lima cara orang tua bisa mengenali dan membicarakan penindasan dengan anak mereka, termasuk cara menemukan apakah anak mereka menjadi target atau justru pelaku, seperti dilansir Live Science.
Lihat tanda
Sekitar 30 persen siswa SMU terlibat dalam agresivitas, lingkungan pendindasan dan 30 persen lainnya menjadi target penindasan. Sebagian besar anak yang mengalami penindasan menunjukkan tanda menarik diri, perubahan pertemanan dan ledakan emosi.
Mulai membolos
Bagaimanapun, ada juga tanda-tanda yang sangat khas, menunjukkan remaja yang moody. Jika orangtua menemukan tanda-tanda dan perubahan seperti ini, penting untuk bertanya pada anak apa yang terjadi di sekolah.
Jangan sebut bullying
Orangtua tidak seharusnya bertanya langsung tentang bullying. "Pada kenyataannya, saya tidak akan menggunakan istilah itu, karena anak-anak tidak menggunakannya. Kata bully tampak seperti tidak memiliki kekuatan, di mana anak tidak ingin diperlakukan seperti itu," kata Faris.
Orangtua bisa bertanya kepada anak dengan pertanyaan tidak langsung yang bisa membantu mereka terbuka. Sebagai contoh, tanyakan apa yang sedang terjadi dengan temannya, atau tanyakan pada mereka kenapa mereka membolos kegiatan yang biasanya mereka nikmati bersama. Alternatif lainnya, orangtua bisa menanyakan langsung pada teman anak mereka.
Kemampuan mengatasi
Kemampuan meniru membantu anak mengatasi masalah penindasan. Sebagai contoh, temukan anak kepada penasihat sekolah yang memiliki catatan kejadian penindasan, dan bantu anak menilai situasi dan memikirkan cara untuk menyelesaikannya.
Hal yang bisa membantu adalah anak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler dan memiliki teman di luar sekolah. "Jika sesuatu berubah tidak menyenangkan di sekolah, anak bisa merasa seluruh sekolah melawan mereka, tapi jika anak memiliki aktivitas dan teman di luar sekolah, mereka bisa mendapat energi dari sana," ujar Faris.
Jika penindasan tidak berhenti, dan sekolah tidak mendukung, mungkin yang terbaik adalah pindah sekolah.
Mengerti alasan penindasan
"Sekali mereka ada di puncak, mereka tidak memerlukan kebiasaan seperti itu. Mereka memiliki keistimewaan untuk menjadi baik, yang memantapkan posisi," ujarnya.
Penelitian menunjukkan bahwa penindasan, setidaknya terjadi pada pengejar kedudukan. Hal ini menjelaskan mengapa pelaku dan korban memiliki persahabatan erat, mereka seringnya membidik satu sama lain untuk meraih status sosial.
Dan jika anak jadi korban, cara terbaik adalah mencari tahu apa yang memicu kebiasaan tersebut. Sebagai contoh, pendekatan berbeda dibutuhkan tergantung penyebabnya, apakah karena anak ada di bawah atau karena anak menjadi target untuk mencapai puncak.
Setelah berbicara dengan anak, orangtua bisa membantu dengan memberi contoh, apakah orangtua bergosip tentang orang lain di depan anak, apa orangtua mendambakan mobil orang lain. Faris menuturkan, jika benar seperti itu, orangtua harus mencoba mengevaluasi kebiasaan dan tingkah laku, serta mendorong anak untuk melakukan hal yang sama.