Studi: Remaja 20 Tahunan Berisiko Hilang Pendengaran
- Pixabay
VIVA.co.id – Mendengarkan musik menggunakan earphone menjadi gaya hidup baru di era digital saat ini terutama di kalangan remaja. Namun, menurut sebuah penelitian terbaru, kebiasaan ini membuat remaja milenial bisa mengalami kehilangan pendengaran sebelum mereka mencapai usia 40 tahun.
Dilansir laman Daily Mail, jumlah remaja yang didiagnosis mengalami tinnitus, suara berdenging atau berdering di dalam telinga sebagai bagian dari gejala kehilangan pendengaran, terus meningkat.
Padahal, hal ini umumnya terjadi di usia lanjut. Sebuah laporan yang diterbitkan dalam Laporan Ilmiah menyebutkan kalau kondisi ini justru lebih umum terjadi pada kelompok usia muda karena kebiasaan mendengarkan musik keras terlalu lama menggunakan earphone.
Meski begitu, yang lebih mengkhawatirkan adalah para remaja kebanyakan tidak terlalu meributkan kondisi ini harus diperiksakan ke dokter.
Menindaklanjuti laporan dan penelitian mengenai tinnitus pada remaja, tim peneliti di University of Sao Paulo's Medical School menggunakan sebuah otoscope untuk memeriksa telinga 170 pelajar usia 11-17 tahun. Mereka juga mewawancara para pelajar itu tentang tinnitus, dengan menanyakan apakah mereka pernah mengalaminya dalam 12 bulan terakhir. Jika mereka mengalaminya, seberapa volume, durasi, dan frekuensi yang mereka gunakan.
Ternyata, lebih dari setengah partisipan atau 54,7 persen pernah mengalaminya. Sebagian besar dari mereka pun mengaku mendengarkan musik dengan suara keras hampir setiap hari.
"Tingkat rata-rata ini mengkhawatirkan. Jika generasi remaja saat ini terus mengekspose dirinya dengan tingkat suara yang tinggi, mereka kemungkinan akan kehilangan pendengaran sebelum berusia 30 atau 40 tahun." ujar Tanit Ganz Sanchez, profesor THT di sekolah tersebut.
Perlu diketahui, tinnitus disebabkan oleh kerusakan sel rambut koklea di dalam telinga, yang merenggang dan berkontraksi sesuai dengan getaran suara yang diterima. Suara yang sangat keras, di klab atau mendengarkan lewat headphone, menyebabkan sel ini kelebihan muatan, sehingga membuatnya rusak secara temporer atau permanen.
Kerusakan itu membuat bagian telinga lainnya dipaksa untuk bekerja ekstra untuk menggantikan fungsi yang hilang itu. Hal ini yang menyebabkan tinnitus dan akhirnya tuli.
Dr. Sanchez pun memeringatkan para remaja ini kalau mereka terus mendengarkan musik dengan volume tinggi dari sekarang hingga usia 20 atau 25, mereka bisa merusak sinapsis sel rambut koklea mereka secara permanen.
Sayangnya, hal ini tidak membuat kondisi membaik karena banyak remaja justru tidak merasa khawatir seperti halnya orang dewasa.
"Kami menemukan banyak remaja mengalami tinnitus, tapi tidak seperti orang dewasa, mereka tidak khawatir dan tidak mengadukannya kepada orangtua atau guru. Akibatnya, mereka tidak diperiksa oleh dokter atau ahli THT sehingga masalahnya bisa menjadi kronis," sesal Dr Sanchez.