Lulusan Perguruan Tinggi Lebih Berisiko Kena Tumor Otak?
- Pixabay
VIVA.co.id – Tim ilmuwan di Swedia baru-baru ini mengungkapkan hasil riset yang cukup kontroversial: mereka yang lulus perguruan tinggi atau universitas kemungkinan berisiko lebih besar terkena tumor otak. Glioma, tumor ganas yang menyerang sistem saraf, berpotensi menyerang 19 persen pria lulusan universitas yang belajar selama tiga tahun, lebih berisiko dibandingkan atas pria yang putus sekolah pada usia 16 tahun.
Sementara, wanita yang lulus 23 persennya memiliki peluang lebih besar terkena glioma jika mereka sekolah hingga tingkat sarjana.
Menurut laman Independent, penelitian yang dipublikasikan di Journal of Epidemiology and Community Health itu, dilakukan untuk meneliti hubungan antara posisi sosial ekonomi dengan tiga tipe tumor, yakni glioma yang paling umum terjadi, meningioma (jenis yang jinak), dan neuroma akustik (jenis tumor otak non kanker).
Para peneliti juga menemukan bahwa pria yang memiliki pekerjaan profesional atau berada pada tingkat manajerial bertolak belakang dengan mereka yang mengambil pekerjaan manual, memiliki peluang 20 persen terkena glioma. Mereka juga punya peluang 50 persen lebih tinggi terkena neuroma.
Sementara wanita pekerja profesional dan berada pada level manajerial, 26 persen memiliki kemungkinan lebih besar terkena tumor otak dibanding mereka yang memiliki pekerjaan manual. Mereka juga memiliki kemungkinan 14 persen terkena meningioma.
Pada beberapa penelitian sebelumnya juga ditemukan adanya hubungan antara posisi sosial ekonomi dengan tumor ganas di otak. Namun, para peneliti membuat catatan bahwa sebagian besar hasil temuan didasarkan pada penelitian yang tidak dibuat dengan baik.
Riset ini meneliti 4,3 juta warga Swedia yang lahir antara tahun 1911 dan 1961. Mereka memperhatikan partisipan dari tahun 1993 hingga 2010 dan meneliti tumor otak utama.
Hasilnya menunjukkan bahwa 7.100 wanita dan 5.700 pria dari partisipan terdiagnosis tumor otak. Untuk menjelaskan hubungan tersebut, para peneliti menyarankan orang-orang yang memiliki latar pendidikan dan pekerjaan lebih baik, membutuhkan pertolongan medis lebih besar. Mereka juga harus lebih waspada terhadap gejala-gejalanya.
Catatan penulis penelitian mengatakan, penelitian ini memiliki hubungan konsisten antara tingkat sosial ekonomi yang lebih tinggi dengan meningkatnya risiko glioma pada kedua jenis kelamin.
David Spiegelhalter, Winton profesor dari pemahaman risiko publik di Laboratorium Statistik di Cambridge University mengatakan, "Meskipun saya memiliki gelar, tapi melihat penemuan ini sangat menenangkan. Contohnya, dalam kelompok 3.000 pria dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, kami memperkirakan lima di antaranya terdiagnosis glioma lebih dari 18 tahun. Dalam kelompok 3.000 pria dengan tingkat pendidikan paling tinggi, kami memperkirakan enam terkena glioma."
"Ini adalah contoh klasik di mana data besar dapat menemukan hasil yang lebih statistikal bukan hasil yang secara signifikan praktikal," lanjut Spiegelhalter.
(ren)