Kenali Tipe Pola Orangtua dan Cara Mengoreksinya
- Pixabay
VIVA.co.id – Setiap orangtua punya gaya pengasuhan berbeda. Menurut Bela Raja, Guru Bimbingan Anak, satu pola asuh jika negatif, bisa berdampak buruk pada jiwa anak, bahkan bisa merusaknya. Pola asuh yang baik adalah, ketika orangtua menghargai keinginan dan perasaan anak sebesar anak menghargai orangtuanya.
“Penting juga bagi orangtua untuk membangun kepercayaan diri anak. Mereka harus mengajari anak-anak merasa baik akan dirinya. Terlebih, sesepele apapun ketakutan anak, orangtua harus menanganinya. Sesederhana ketakutan masuk ke ruangan sendirian,” kata dia.
Berikut ini, beberapa tipe pola asuh dan dampak yang berpotensi diakibatkannya seperti dikutip dari Times of India.
Orangtua over protektif: membuat anak tidak mandiri
Ketika dewasa, anak dengan orangtua over protektif akan menghadapi masalah ketergantungan yang parah. Jika mereka tidak dilatih menghadapi, baik dan buruk dalam kehidupan, mereka akan tumbuh menjadi sangat bergantung pada orang lain, lemah, dan selalu mencari pertolongan untuk hal-hal kecil.
Tip: Over protektif membatasi kecerdasan emosional anak. Beri mereka kesempatan untuk mengeksplorasi dunia tanpa turun tangan Anda.
Mengawasi berlebihan: membuat anak suka berbohong dan tidak dipercaya
Tidak masalah mengontrol buah hati Anda sesekali, tetapi jika terlalu berlebihan bisa merusak rasa percaya diri mereka. Kepanikan karena terus ditelepon membuat mendorong mereka untuk berbohong. Orangtua yang terlalu berlebihan dalam mengawasi bisa menciptakan rasa takut pada anak, sehingga mereka tumbuh menjadi anak yang penuh rasa curiga dengan kepercayaan diri yang rendah.
Tip: Jika rasa ingin tahu Anda begitu besar, sebaiknya lakukan dialog terbuka dengan buah hati Anda dan cari solusi terbaik. Misalnya, dia yang mengabari ketika sudah berada di rumah temannya, bukan sebaliknya.
Orangtua kasar: membentuk prilaku ekstrem anak
Prilaku kasar bisa merusak perkembangan kognitif anak secara permanen. Akibatnya, mereka tidak percaya diri dan merendahkan harga dirinya. Dia akan tumbuh menjadi anak yang punya prilaku ekstrem seperti menjadi pembangkang.
Tip: Ketahui tanda-tanda awal emosi Anda. Cari tahu apakah cara bicara, atau kesalahan mereka yang membuat Anda kesal dan ambil pencegahan sedini mungkin.
Orangtua ambisius: meningkatkan keinginan bunuh diri anak
Orangtua yang selalu mendorong anaknya menjadi juara akan membuat anak berada dalam tekanan besar. Keadaan itu bisa membuat kerusakan saraf dan kecenderungan bunuh diri. Meski sudah dewasa, dia akan terus berusaha memenuhi harapan orang lain dan jika tidak tercapai, akan menciptakan perasaan tidak berharga pada dirinya.
Tip: Saling berbagi perasaan positif dengan buah hati Anda. Tetap beri mereka semangat, meski mereka kalah dalam kompetisi.
Berikutnya, Suka membandingkan: membuat anak suka pamer...
*
Suka membandingkan: membuat anak suka pamer
Orangtua yang tidak berempati pada anak akan cepat merusak diri anak. Hal ini membuat mereka menjadi orang dewasa yang punya perasaan tidak berharga sangat tinggi, tidak menghargai dirinya, dan mengasihani dirinya.
Tip: Meskipun Anda tidak sepaham dengan buah hati, tetaplah positif. Hindari membandingkan mereka satu sama lain dan menggunakan kata-kata yang menyakiti.
Orangtua pasif: membuat anak sombong
Orangtua yang tidak pernah berpartisipasi dalam aktivitas buah hatinya dan sulit untuk menolak keinginannya, akan membuat anak tumbuh menjadi orang yang terlalu percaya diri yang tidak bisa menerima kesalahan atau kritik secara positif.
Tip: Habiskan waktu berkualitas bersama buah hati dan lakukan aktivitas bersama seperti mewarnai, atau membaca buku. Jangan mudah menyerah pada rengekan mereka dan tegur secara halus jika mereka salah.
Laporan: Adinda Permatasari (asp)