Mengapa Rokok Membuat Nyaman

Ilustrasi dilarang merokok
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang diperingati hari ini tentu tidak akan banyak berpengaruh pada pecinta rokok. Bagi mereka rokok adalah segalanya, bahkan menganggap perokok pasif juga sama menderitanya dengan mereka, sehingga akan lebih baik jika menjadi perokok aktif saja, seolah-olah jutaan kata horor tentang efek jangka panjang dari merokok tidak akan banyak berpengaruh.

Lentera Anak Kritisi Influencer yang Permisif soal Rokok

Namun, orangtua, atau calon orangtua, seharusnya memikirkan sedikit saja nasib penerus bangsa. Asap yang dihasilkan dari rokok dan kandungan yang terserap di dalamnya, berbahaya bagi orang-orang di sekeliling perokok aktif, mulai dari janin, anak, teman, siapapun.

Hampir tiga dari lima pelajar terpapar asap rokok di dalam rumah, dan sebesar 60,1 persen pelajar terpapar di tempat umum. Sedangkan pada orang dewasa, mereka sebagian besar terkena paparan asap rokok di restoran, sekitar 85,4 persen, 78,4 persen terpapar asap rokok di rumah, dan 51,3 persen di tempat kerja.

Rokok dan Polusi Udara, Mana yang Lebih Mematikan?

Faktanya adalah kandungan dalam asap rokok sama seperti pabrik kimia. Hal tersebut dikatakan oleh Dr. Feni Fitriani Taufik, Sp.P(K) Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, yang ditemui usai mengisi acara Peluncuran Iklan Layanan Masyarakat bertajuk Suara Hati Anak.

Tar pada rokok mengandung 60 karsinogenik penyebab kanker. Kandungan pada rokok sama dengan pabrik kimia. Lebih lanjut, Feni mengatakan efek nikotin dalam rokok, bisa 'menenangkan' bagi pikiran.

Miris, Prevalensi Perokok Anak di Indonesia Meningkat

"Setelah merokok, nikotin akan masuk dan diserap dalam sepersekian detik. Nikotin ditangkap reseptor alfa4beta2, lalu reseptor akan melepaskan salah satu zat, yaitu dopamin," kata Dr. Feni.

Dopamin inilah yang membuat tubuh merasa nyaman.  "Sebenarnya dopamin sudah ada dalam tubuh, hanya saja akan bertambah kadarnya kalau orang tersebut merokok. Nah, begitu rasa nyaman dari dopamin berkurang karena berhenti merokok, akhirnya muncul kembali keinginan untuk merokok," ujar Dr. Feni.

"Jadi yang tadinya mencoba sebatang, dua batang, karena reseptornya butuh, jadi menambah lagi."

Untuk itu, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat atau Dirjen Kesmas Anung Sugihantono mengajak semua lapisan masyarakat secara bersama mengingatkan para perokok tersebut, agar berhenti membahayakan orang di sekitarnya.

"Yang bisa dilakukan secara bersama adalah bagaimana kita mengingatkan, foto saja, upload saja, seperti meng-upload pelanggar lalu lintas. Rumah sakit, sekolah, dan kantor adalah kawasan tanpa asap rokok."

Ilustrasi rokok.

Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2024, Upaya Melindungi Generasi Muda dari Bahaya Tembakau

Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2024 yang diperingati setiap tanggal 31 Mei menjadi momen penting untuk menyoroti bahaya penggunaan tembakau, khususnya bagi generasi muda.

img_title
VIVA.co.id
31 Mei 2024