YAPNAS-IDAI Diskusikan Penanganan Anak Asma
- VIVA.co.id/Romys Binekasri
VIVA.co.id – Yayasan Penyantun Anak Asma (YAPNAS) bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) cabang DKI Jakarta kembali menggelar simposium Pediatric Respiratory Forum (JPRF) dengan mengusung tema Compherensive Approach to Better Respiratory Health in Children yang diadakan pada tanggal 29-30 Mei 2016.
Ketua Umum YAPNAS Ike Nirwan Bakrie menyampaikan, kegiatan ini ditujukan untuk para dokter, baik dokter umum maupun dokter anak untuk saling berbagi informasi mengenai pengetahuan dalam pencegahan, diagnosis, dan tata laksana masalah pernapasan pada anak.
Ike mengatakan, respirologi anak mengalami perkembangan dari tahun ke tahun baik dalam upaya pencegahan, diagnosis dan juga tata laksana. Sebagai dokter, baik spesialis anak, maupun umum, kita wajib mengetahui perkembangan ilmu tersebut untuk memberikan pelayanan kesehatan lebih baik dan paripurna.
"Ada 400 dokter seluruh Indonesia, dokter umum dan dokter anak yang menunjukkan minat kesehatan saluran masyarakat khususnya pada anak," kata dia kepada wartawan di Hotel Borobudur Jakarta, Minggu 29 Mei 2016.
Ike menjelaskan, pihaknya sebagai yayasan, memberikan bantuan pengobatan kepada anak penderita asma yang tidak mampu secara cuma-cuma, serta mengedukasi masyarakat umum khususnya bagi para orang tua dimana mempunyai anak penderita asma dan para dokter yang mempunyai kepedulian di bidang tersebut.
Sementara, ketua IDAI Dewi mengatakan, beberapa topik yang menarik dan akan dibahas adalah pedoman terbaru asma anak di Indonesia, perkembangan terbaru tuberkulosis, penyakit paru kronik, serta endoskopi pada sistem respiratori anak. Selain itu masih banyak topik baru yang patut dibahas.
"IDAI secara berkala menyelenggarakan kegiatan tersebut agar pengetahuan dokter meningkat," tuturnya.
Anggota badan pembina YAPNAS Bambang Supriyatno mengungkapkan, 1 dari sepuluh anak di dunia sebagai penderita asma. "Secara kasar, angka di dunia sebesar lima hingga 16 persen," tuturnya.
Dr. H. Darmawan menambahkan, tren penyakit asma pada anak di Indonesia, khusunya masyarakat miskin makin meningkat lantaran semakin majunya industri dan pola hidup anak itu sendiri. Namun, pihaknya berusaha menangani penderita asma dengan pendekatan individual.
"Faktor yamg mempengaruhi banyak, murni faktor genetik, faktor lingkungan juga berperan. Keduanya berperan.
Persoalan timbul kalau asma tidak ditangani dengan baik akan sampai dewasa. Kami melakukan pencegahan dan penanganan lebih dini," ujarnya.