Fakta Miris di Balik Konsumsi Rokok Indonesia
- Pixabay
VIVA.co.id – Jelang peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada 31 Mei 2016 mendatang, kita kembali dihadapkan pada banyak fakta mencengangkan terkait perokok di Indonesia.
Beberapa studi menunjukkan bahwa pria dewasa Indonesia mulai mengonsumsi rokok sejak usia dini dan banyak yang mulai merokok sejak usia 12 tahun. Dan tiga dari lima pelajar yang saat ini merokok, umumnya membeli rokok di toko atau warung.
Selain itu yang membuat miris, fakta bahwa pengeluaran untuk rokok tepat di bawah pengeluaran untuk bahan pokok. Fakta tersebut menambah keprihatinan atas kenyataan tentang rokok di negeri ini
"Hasil penghitungan BPS (Badan Pusat Statistik) terhadap pengeluaran rumah tangga di Indonesia cukup mengejutkan, di mana rokok telah menjadi pengeluaran terbesar kedua setelah bahan pokok," kata Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak (KIA) Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono dalam peluncuran iklan layanan masyarakat bertajuk Suara Hati Anak di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat, 27 Mei 2016.
Data dari Global Youth Tobacco Survey 2014 menyebutkan, prevalensi perokok anak usia 13 hingga 15 tahun sebesar 20,3 persen.
"Sebanyak 70,1 persen orang pernah melihat pesan anti merokok di media, dan 71,3 persen berpikir untuk berhenti merokok karena peringatan kesehatan bergambar," kata Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek.
Fakta bahwa pengeluaran terbesar kedua masyarakat Indonesia adalah pada tembakau ini cukup mengejutkan. Bahkan, Indonesia memiliki jumlah perokok muda tertinggi di wilayah Asia Tenggara.
"Setengah dari mereka menjadi kecanduan sebelum menginjak usia 13 tahun," kata Jihane Tawilah, Wakil Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Indonesia.
Fakta mengejutkan lainnya adalah anak usia 15 hingga 19 tahun merupakan usia tertinggi perokok pemula. Dari data Riskesdas 2013, ada tiga kelompok usia yang memprihatinkan, rentang usia 15 hingga 19 tahun merupakan persentase mulai merokok tertinggi, yaitu 57,3 persen untuk pria, dan 29,2 persen pada wanita.
"Dan merokok sejak usia dini, yaitu 14 hingga 19 tahun akan meningkatkan adiksi 1,9 kali lipat. Inilah yang diketahui produsen rokok, makanya mereka mengejar usia muda," kata kata Lily Sriwahyuni, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan.
Sementara data juga menunjukkan persentase mulai merokok pada usia 5 hingga 9 tahun sebesar 1,5 persen pada anak laki-laki, dan 1,4 persen pada anak perempuan. Dan pada usia 10 hingga 14 tahun sebesar 18,1 persen untuk pria, dan 9,3 persen untuk wanita.