Jika Anak Demam, Ini yang Harus Anda Perhatikan
- Pixabay
VIVA.co.id – Bagi orangtua, kesehatan buah hati merupakan hal utama. Tak jarang, orangtua panik ketika anak menunjukkan tanda-tanda sakit.
Selain flu, diare, penyakit demam juga biasa diderita anak-anak. Dan jika anak mengalami demam, ada beberapa hal penting yang perlu Anda perhatikan, yaitu cairan yang masuk, aktivitas anak, output atau siklus buang air kecil (BAK) dan suhu tubuh anak.
"Pada saat anak demam, perhatikan input, aktivitas, output dan suhu badan anak," kata dr. Mulya Rahma Karyanti, Msc. Sp. A(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa, 24 Mei 2016.
Saat anak demam, asupan cairan yang masuk ke tubuh wajib Anda perhatikan. Usahakan agar anak tidak kekurangan cairan dan berikan minuman yang kaya akan nutrisi dan vitamin. Minuman tersebut dapat menjadi pengganti asupan makanan jika anak malas makan saat menderita demam.
Menurut dia, pemberian cairan elektrolit diperbolehkan ketika anak demam, karena jika demam disertai dengan muntah-muntah, anak cenderung kehilangan elektrolit dalam tubuh. Selain itu, jus juga harus diberikan kepada anak.
"Jus buah apapun boleh karena vitamin pada buah bagus untuk penyembuhan. Berikan jus yang disukai oleh anak karena jika mereka tidak suka, anak bisa muntah," kata dr. Karyanti.
Selain itu, perhatikan aktivitas anak ketika suhu mulai turun. Jika saat suhu turun, namun kondisi anak lemah dan lebih banyak tidur ketimbang beraktivitas, kemungkinan anak mengalami kekurangan cairan. Anak juga tidak boleh dibiarkan terlalu sering tidur dan harus diberikan banyak minum.
"Demam terkadang turun dan orangtua salah persepsi. Demam turun tapi anak tidur terus dan tidak beraktivitas, itu harus diperhatikan, mungkin dia kekurangan cairan," imbuh dia.
Dia menyarankan, orangtua juga harus memperhatikan frekuensi buar air kecil. Jika sampai 12 jam anak tidak BAK, tandanya anak mulai mengalami dehidrasi.
"Perhatikan buang air kecilnya, BAK kalau airnya cukup, 3-4 jam akan buang air kecil," kata dr. Karyanti.
Di samping itu, perhatikan suhu tubuh anak. Usahakan mengukur suhu tubuh dengan menggunakan alat ukur suhu, karena mendeteksi suhu dengan tangan hasilnya lebih subjektif.
"Mendeteksi suhu dengan tangan itu sangat subjektif sekali. Ukur betul suhunya. Jika sudah melebih 38 derajat, berikan obat penurun panas dan banyak minum," ujar dia.
Namun perlu diingat bahwa penurunan suhu tidak selalu memberi pertanda baik pada kondisi kesehatan anak. Pada kasus DBD, suhu turun justru menandakan bahwa anak sedang berada dalam fase kritis, yaitu fase terjadinya kebocoran pembuluh darah.
"Pada suhu turun justru harus diperhatikan karena banyak kecolongan. Padahal saat itu dia sedang masuk fase kritis karena pembuluh darah sedang bocor dan berlangsung hingga dua hari. Masa rawan itu perlu perhatian khusus."
(mus)