Operasi Ini Bisa Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Parkinson
- Pixabay
VIVA.co.id – Penyakit parkinson mungkin menjadi salah satu jenis penyakit yang belum diketahui oleh banyak orang. Ini, karena gejala awal penyakit ini sangat sulit dikenali. Namun, sesungguhnya parkinson merupakan penyakit degeneratif yang menyerang sel saraf bagian otak yang bernama basal ganglia yang berfungsi mengontrol gerakan tubuh.
Sel saraf tersebut, membutuhkan neurotransmitter berupa dopamine dan acetylcholine dalam jumlah seimbang, agar dapat memberikan sinyal ke sel untuk mengontrol tubuh.
Penderita parkinson mengalami kekurangan dopamine di dalam tubuhnya, sehingga dapat menyebabkan gangguan pada saraf penggerak tubuh. Biasanya, mereka yang menderita sakit ini, seringkali merasa lemah, atau terasa lebih kaku. Dan, pada saat sedang istirahat, salah satu tangan akan terasa gemetaran halus. Itu salah satu gejala awal yang ditimbulkan oleh penyakit parkinson pada tahap awal, sehingga akan sangat sulit untuk dikenali.
Namun, kini, ada metode baru yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan penyakit ini. DBS (Deep Brain Stimulation) merupakan operasi untuk mengatasi tremor, kaku, dan gerak yang lambat. Teknik operasi ini dilakukan melalui penanaman elektroda/chip pada area tertentu di bagian otak dalam.
Elektroda/chip tersebut, dihubungkan dengan kabel ke baterai yang diletakkan di dalam dada sebagai sumber arus listrik. Rata-rata pasien yang telah menjalani operasi ini merasakan peningkatan perbaikan motorik sekitar 75 hingga 87 persen tanpa pengaruh obat.
Lebih jauh, Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, SpBS, dari rumah sakit Siloam Hospital Kebon Jeruk, mengatakan bahwa chip tersebut dipasang, agar sel di dalam otak lebih aktif memproduksi dopamin.
"Pemasangan implan dilakukan di dalam otak bagian dalam yang memproduksi dopamin, subthalamic nucleus. Kita pacu di situ, sehingga sel-selnya lebih aktif memproduksi dopamin," kata dr. Made, ketika ditemui di rumah sakit Siloam Kebon Jeruk, Selasa 26 April 2016.
Namun, pengobatan dengan DBS ini tidak memberikan kesembuhan bagi pasien, melainkan memperlambat perkembangan penyakit tersebut dan membuat pasien dapat kembali beraktivitas seperti biasa selama lebih kurang sembilan tahun pasca operasi.
"Ini merupakan pilihan terakhir, apabila semua langkah pengobatan tidak membuahkan hasil baru kita berikan pembedahan. DBS juga hanya memperlambat perkembangan dan meningkatkan kualitas hidup pasien, agar dapat kembali beraktifitas dengan normal," kata dr. Made
Untuk saat ini, teknologi DBS telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika untuk pengobatan Essential Tremor (ET), Parkinson, Dystonia dan Obsessive Compulsive Disorder (Sindrom Tourette). Selain itu, DBS juga aman dilakukan, karena tidak merusak jaringan otak dan gejala parkinson dapat diminimalisir. (asp)