Terapi Hormon Kanker Prostat Berisiko Depresi Lebih Tinggi

Ilustrasi kanker prostat
Sumber :

VIVA.co.id – Sebuah studi di Amerika Serikat menunjukkan pria yang menjalani terapi hormon untuk mengatasi kanker prostat mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi terkena depresi dibandingkan pasien yang menerima pengobatan berbeda.

Pemain Saksofon Legendaris David Sanborn Meninggal Dunia di Usia 78 Tahun

Sel kanker prostat perlu testosteron untuk tumbuh dan menyebar. Peneliti berfokus pada pengobatan yang umum dikenal sebagai androgen deprivation therapy (ADT), yang bekerja mencabut sel tumor testosteron. Efek samping bisa termasuk disfungsi seksual, berat badan, dan kelelahan.

Studi ini menemukan, pasien dengan kanker prostat yang menerima terapi hormon 23 persen lebih mungkin mengembangkan depresi dan 29 persen lebih mungkin untuk memiliki perawatan psikiatris rawat inap daripada pria yang menerima pengobatan alternatif. 

Menguak Tirai Depresi: Gejala, Solusi, dan Dukungan untuk Kesembuhan

"Pesan yang dibawa pulang adalah bahwa daftar potensi efek samping dari terapi hormon terus tumbuh," kata peneliti senior Dr Paul Nguyen dari Brigham, Rumah Sakit Wanita, dan Harvard Medical School di Boston.

Untuk mengeksplorasi hubungan antara terapi hormon dan depresi, Nguyen dan rekan meneliti data pada lebih dari 78.000 pria usia 66 tahun dan lebih tua yang dirawat karena kanker prostat 1992-2006.

Sosok Dexter Scott Anak Martin Luther King Meninggal Dunia Karena Kanker Prostat

Dilansir laman Foxnews, hampir 45.000 orang dalam penelitian ini menerima terapi hormon, dan mereka cenderung memiliki penyakit yang lebih parah. Mereka berusia sekitar 76 tahun, dua tahun lebih tua dari usia yang menerima perawatan berbeda.

Dari enam bulan sampai tiga tahun setelah diagnosis, 7,1 persen pria pada terapi hormon memiliki kasus depresi baru, dibandingkan dengan 5,2 persen dari orang lain dalam penelitian ini.

Selama periode ini, 2,8 persen pria pada terapi hormon memiliki perawatan psikiatris rawat inap, dibandingkan dengan 1,9 persen dari rekan-rekan mereka. Selain itu, 3,4 persen menerima layanan psikiatri rawat jalan, dibandingkan dengan 2,5 persen dari pria lain. (ren)

Ilustrasi polusi di Kota Jakarta

Waspada! Polusi Udara Tak Hanya Bahaya Bagi Fisik, Tapi Juga Mental

Polusi udara di Jabodetabek kembali memburuk. Pada 1 Juli 2024 pukul 08.00 WIB, IQAir mencatat Jakarta berada di peringkat empat kota paling berpolusi di dunia

img_title
VIVA.co.id
2 Juli 2024