Ini Bahan Kimia yang Ditemukan pada Pemakan 'Fast Food'

Ilustrasi makanan cepat saji.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Sebuah studi baru menemukan bahwa orang yang mengonsumsi lebih banyak makanan cepat saji atau fast food memiliki kadar phthalates yang tinggi dalam urine mereka. Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Environmental Health Perspectives ini, para peneliti di Milken Institute School of Public Health George Washington University menganalisis data 9.000 peserta.

Jangan Kaget, Ini Reaksi Tubuh Usai Makan Fast Food

"Orang yang mengonsumsi lebih banyak makanan cepat saji memiliki tingkat phthalates 40 persen lebih tinggi," kata ketua peneliti Ami Zota, seperti dilansir laman Huffington Post.

Para peserta diminta menjawab pertanyaan seputar pola makan mereka, termasuk konsumsi makanan cepat saji. Selain itu, peneliti juga menguji urine para peserta untuk mengetahui kandungan Bis(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP) dan Diisononyl phthalate (DINP).

Jarang Disadari, Ini Tips Memilih Selang Berkualitas untuk Berbagai Kebutuhan

Untuk diketahui phthalates merupakan kelompok bahan kimia yang umum digunakan untuk membuat plastik agar lebih fleksibel, dan digunakan dalam pembuatan bahan kemasan makanan, tabung untuk produk susu serta barang-barang lain yang terlibat dalam produksi makanan cepat saji.

DEHP dan DINP dapat meresap ke dalam makanan ketika proses mengemas. Menurut studi, makanan bisa tercemar ketika terkena oleh sarung tangan yang terbuat dari Vinyl yang digunakan oleh karyawan untuk memasukkan makanan agar tidak terkontaminasi racun.

Peran Penting Mangrove dalam Menjaga Keseimbangan Ekosistem Pesisir

"Penelitian lain menunjukkan bahan kimia ini dapat larut dari kemasan makanan plastik dan dapat mengontaminasi makanan yang diproses," tulis para peneliti.

Beberapa jenis phthalates, termasuk DEHP dan DINP, telah terbukti memengaruhi sistem reproduksi hewan labotarium. Sementara penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak yang mungkin terjadi pada manusia. 

Orang yang mengalami kegemukan atau obesitas.

Indonesia Darurat Sedentari, Pemicu Kematian Tertinggi

Apa itu sedentari dan bagaimana solusinya?

img_title
VIVA.co.id
23 April 2018