Mengungkap Sejarah Lasik di Indonesia
Rabu, 30 Maret 2016 - 21:40 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Rintan Naura
VIVA.co.id
- Lasik telah lama dikenal di Indonesia. Pelopor lasik di Indonesia adalah Rumah Sakit Jakarta Eye Center.
Lasik merupakan salah satu cara untuk mengkoreksi kelainan refraksi pada mata. Kelainan refraksi ini antara lain seperti Myopia atau rabun jauh atau sering disebut mata minus. Hypermetropia atau rabun dekat atau lebih sering disebut mata plus. Astigmatism atau silindris, dan Presbyopia atau mata tua.
Dengan melakukan lasik, penglihatan seseorang akan jauh lebih tajam, bahkan jika dibandingkan dengan mata normal. Hal tersebut, karena lasik mampu menghilangkan semua kelainan refraksi mata.
Terapi lasik telah dikenal di dunia sejak tahun 1990. Untuk di Indonesia, lasik mulai ada sejak 1995, yang dipelopori oleh Rumah Sakit Jakarta Eye Center atau JEC.
Saat pertama kali hadir di Indonesia, teknologi yang populer saat itu adalah Microkeratome atau M-Lasik, yaitu membuka lapisan atau flap pada kornea dengan pisau.
Proses pemulihan tidak cepat, dan dalam jangka waktu tiga hingga empat hari masih terasa sakit.
"Setelah tahun 2000, lasik menjadi customize, kalau yang dulunya hanya mata minus, plus dan silinder, sekarang bisa irregular. Kalau dulu setelah lasik agak ada glare, sekarang ada namun minimal, dan akan cepat hilangnya," ujar Kepala Bedah Refraktif, Dr. Setiyo Budi Riyanto, kepada VIVA.co.id, di Jakarta Pusat, Rabu, 30 Maret 2016.
Dalam pembuatan flap kornea juga tidak lagi menggunakan pisau bedah. Pada 2006 mulai dikenalkan Intralase atau I-Lasik, namun sekarang metode ini sudah tidak digunakan.
Yang digunakan sejak tahun 2008 adalah Zeimmer atau Z-Lasik. Z-lasik ini sendiri mulai dari Z1,Z2, kemudian Z6 yang terakhir di gunakan di JEC sebelum akhirnya mengganti alatnya dengan yang terbaru dan tercanggih dalam bedah lasik, yaitu Z7.
Dengan inovasi baru ini, kecepatan laser yang dulunya pada Z6 adalah 750Hz, kini diupgrade manjadi 1050Hz pada seri Z7. Dengan kemampuan memperbaiki retraktif mata minus, plus dan silinder hanya dalam waktu 1,3detik per dioptri. Pada Z6, kemampuan memperbaikinya dalam waktu 1,6 hingga 1,7detik per dioptri.
Belum lagi kemampuan melacak gerakan mata yang semula dari enam dimensi menjadi tujuh dimensi, maka hasil jauh lebih akurat. Hal ini, karena tanpa disadari, mata akan terus bergerak, bahkan saat mata telah dibius. Untuk itu, kemampuan tujuh dimensi ini sangat membantu pemfokusan posisi mata yang konstan dan tepat, dalam melakukan proses laser dengan tindakan lasik.
(mus)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Belum lagi kemampuan melacak gerakan mata yang semula dari enam dimensi menjadi tujuh dimensi, maka hasil jauh lebih akurat. Hal ini, karena tanpa disadari, mata akan terus bergerak, bahkan saat mata telah dibius. Untuk itu, kemampuan tujuh dimensi ini sangat membantu pemfokusan posisi mata yang konstan dan tepat, dalam melakukan proses laser dengan tindakan lasik.