Beda Disabilitas Anak dengan Keterhambatan Psikologi
Kamis, 24 Maret 2016 - 17:50 WIB
Sumber :
- Pixabay
VIVA.co.id - Bisa jadi banyak guru masih belum memahami apa itu disabilitas anak dan perbedaannya dengan perkembangan psikologi. Ini menjadi kendala dalam membantu meningkatkan perkembangan seorang anak yang mengalami keterhambatan.
Baca Juga :
Cara Shahnaz Haque Pilih Pendidikan untuk Anak
Barbara Jurgen, profesor bidang pendidikan anak dari University of Braunschweig, Jerman, menjelaskan, secara umum disabilitas terbagi menjadi dua kategori. Pertama, disabilitas fisik. Ini mengacu pada ketidaksempurnaan struktur dan fungsi tubuh seseorang. Orang awam biasa menyebut cacat tubuh.
Baca Juga :
Jadwal Terlalu Padat Mampu Picu Anak Depresi
Kedua, disabilitas intelektual. Untuk kasus ini, acuannya tingkat intelligence quotient (IQ) di bawah 70. Gejalanya ialah kurangnya keterampilan anak secara konseptual. Misalnya, keterlambatan anak memahami arti waktu dan apa fungsi uang.
"Pada umumnya, orang ketika mendengar istilah disabilitas ialah cacat tubuh. Padahal tidak hanya itu," kata Barbara saat memaparkan pemikirannya di hadapan ratusan guru madrasah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Kamis, 24 Maret 2016.
Para guru juga harus mengetahui perkembangan psikologi anak didiknya. Menurutnya, anak yang mengalami keterhambatan kejiwaan tidak bisa dikategorikan mengalami disabilitas. Perkembangan psikologi ini bisa dilihat pada cara anak berinteraksi sosial. Jika kesulitan, berarti anak tersebut mengalami keterlambatan kejiwaan.
Nah, menerapkan pendidikan bagi anak disabilitas dan mengalami keterhambatan secara psikologis harus diawali dengan diagnosis yang menggunakan metode baik serta terukur secara ilmiah. "Bukan dengan menduga-duga dan mengira-ngira," tandas Barbara.
Barbara hadir di hadapan 300 lebih guru madrasah se-Jatim (MI sampai MA) dalam seminar internasional bertema "Awareness, Identification and Treatment for Student With Special Need: Toward Inclusive Program at Islamic School". Seminar ini dilaksanakan atas kerjasama Madrasah Development Centre (MDC) dan Senior Expertent Service (SES) Jerman.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Para guru juga harus mengetahui perkembangan psikologi anak didiknya. Menurutnya, anak yang mengalami keterhambatan kejiwaan tidak bisa dikategorikan mengalami disabilitas. Perkembangan psikologi ini bisa dilihat pada cara anak berinteraksi sosial. Jika kesulitan, berarti anak tersebut mengalami keterlambatan kejiwaan.