Hanya Sembilan Kabupaten/Kota Punya Gizi Baik
Selasa, 22 Maret 2016 - 16:24 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Mitra Angelia
VIVA.co.id - Indonesia telah mengalami banyak permasalahan gizi, yang berdampak serius pada kualitas sumber daya manusia. Seperti kegagalan pertumbuhan, berat badan lahir rendah, pendek, kurus, dan obesitas. Masalah-masalah ini ke depannya akan mengalami hambatan kognitif, kegagalan pendidikan, hingga rendahnya produktivitas saat dewasa.
Baca Juga :
Sepuluh Tanda Anak Bergizi Baik
Salah satu sasaran global pada tahun 2025 yang menjadi perhatian pemerintah adalah menurunkan jumlah anak balita pendek atau stunting sebesar 40 persen. Untuk itu pemerintah melalui Kementerian Kesehatan memfokuskan pada empat program prioritas, yaitu percepatan penurunan kematian ibu dan bayi, perbaikan gizi khususnya stunting, penurunan prevalensi penyakit menular dan tidak menular.
"Indonesia sudah merdeka selama 70 tahun, dan 56 tahun memperingati Hari Gizi Nasional, masalah gizi masih mengalami kendala. Anak dengan berat tubuh kurang, obesitas. Hanya sembilan kabupaten/kota yang memiliki gizi baik, padahal kita Ada 500 kabupaten/kota," ujar Menteri Kesehatan RI, Nila F. Moeloek pada pembukaan Puncak Peringatan Hari Gizi Nasional ke-56, di Balai Kartini, Jakarta Selatan, 22 Maret 2016.
Baca Juga :
Makanan Sehat Ini Ternyata Tidak Aman Bagi Tubuh
Uniknya dari sembilan kabupten kota tersebut, sebagian besar dipimpin oleh orang dengan latar belakang dokter ataupun medis, jelas Nila. Daerah tersebut antara lain Kabupaten Ogan Komering Ulu, Pagaralam, Mukomuko, Kota Bengkulu, Belitung Timur, Kota Semarang, Tabanan, Tomohon, Kota Depok.
Nila mengatakan angka anak stunting mengalami penurunan, "Dahulunya 37 persen, kalau di dunia angka 40 dapat angka jelek. Sekarang berkat usaha Kemenkes, angka anak stunting sekarang 29,0 dan angka ini setara dari Unicef. Angka stunting turun, artinya kita melakukan intervensinya sudah tepat."
"Alasan pemerintah sangat memerhatikan jumlah anak stunting, karena anak stunting IQ rendah, tinggi dan berat badan tidak sesuai, dan berkorelasi positif dengan penyakit menular. Sehingga ini harus dihilangkan agar tidak menjadi beban berat ke negara. Tentu kita ingin semua anak Indonesia cerdas," tutup Nila.
Baca Juga :
Menkes: Lebih Separuh Calon Haji Indonesia Lanjut Usia
Lebih separuh pula berpenyakit khusus. Mereka ditandai dengan gelang.
VIVA.co.id
9 Agustus 2016
Baca Juga :