WHO: Virus Zika Tidak Berbahaya
Jumat, 12 Februari 2016 - 14:12 WIB
Sumber :
- REUTERS/CDC/Cynthia Goldsmith/Handout via Reuters
VIVA.co.id - Sebelumnya pernah diberitakan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan status darurat atas wabah virus Zika pada 1 Februari 2016 lalu. Hal ini lantas memicu kepanikan masyarakat.
Padahal, virus Zika dikatakan tidak berbahaya. Komplikasi neurologisnya yang perlu dikhawatirkan.
Itu diungkapkan oleh National Professional Officer Disease Surveillance Epidemiology (DSE) WHO Indonesia, Dr Marlinggom Silitonga, MEpid.
"Ada yang menganggap Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) yang dikeluarkan WHO itu karena Zika. Padahal yang diumumkan oleh WHO adalah kedaruratan terhadap komplikasi neurologisnya, seperti mikrosefali dan GBS atau Guillain Barre Syndrome," ujar Marlinggom dalam acara Seminar Kenali dan Antisipasi Wabah Virus Zika di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, 12 Februari 2016.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa memang proporsi kematian bayi dengan komplikasi neurologis terbilang kecil. Namun ke depannya, selama masa hidupnya, sang bayi akan menjadi beban ekonomi keluarga dan bahkan pemerintah.
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dr Rita Rogayah, SpP(K), MARS, menyatakan hal serupa. Ia bahkan menghimbau masyarakat agar tak perlu takut pada virus Zika.
"Masyarakat tidak perlu takut dengan virus Zika. Yang perlu dikhawatirkan adalah komplikasinya, terutama pada Ibu hamil, dan juga GBS salah satunya, meskipun GBS juga bisa muncul karena virus lainnya," kata dia.
Perlu diketahui bahwa di Indonesia kasus Zika telah ditemukan sejak lama. Namun, karena selama ini hanya menunjukkan gejala yang ringan, dan bisa sembuh dengan sendirinya, jadi virus ini tidak banyak dicurigai.
Kasus Zika di Indonesia, pertama kali ditemukan tahun 1981 di Klaten, dan tahun 1983 di Lombok. Selain itu, virus Zika juga ditemukan di Jakarta tahun 2013 pada turis asal Australia, dan yang terbaru tahun 2015 di Jambi.
"Dari berbagai sampel yang diambil saat terjadi KLB Demam berdarah, ternyata ketemu satu kasus Zika pada Agustus 2015 di Jambi, seorang pria berusia 27 tahun. Saat itu belum ada ribut-ribut di dunia soal Zika, baru setelah 3 bulan kemudian, Brasil melaporkan banyak ditemukan kasus Zika di negaranya," ujar Prof Amin Soebandrio, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa saat ini Eijkman telah berhasil mengisolasi virusnya, dan sedang berjuang mendapat urutan DNA sepenuhnya. (one)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dr Rita Rogayah, SpP(K), MARS, menyatakan hal serupa. Ia bahkan menghimbau masyarakat agar tak perlu takut pada virus Zika.