Menkes: Program 'Flying Health Care' Dihidupkan Kembali
Jumat, 11 Desember 2015 - 14:26 WIB
Sumber :
- Dianty Winda
VIVA.co.id
- November lalu, masyarakat dikejutkan dengan berita meninggalnya 31 anak di Papua secara misterius. Namun dari data terbaru, diketahui jumlah korban meninggal adalah 38, dengan rincian 35 anak dan bayi, dan 3 orang dewasa.
Semula penyebab kematian diduga karena virus atau wabah. Ternyata setelah dilakukan penelitian dengan membawa sample dari Papua, pemerintah menemukan jawaban pasti dari kejadian ini.
"Uji laboratorium sudah kita periksa, takutnya wabah, ternyata semua negatif, yang positif difteria pertussis dan menjadi pneumoni," jelas Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek, SpM (K) ditemui di kantor Kementrian Kesehatan, Jumat, 11 Desember 2015.
Baca Juga :
Aktivitas Asyik Bersama Pasangan Usai Bercinta
Baca Juga :
Tujuh Makanan Ini Mampu Jaga Keseimbangan Hormon
Semula penyebab kematian diduga karena virus atau wabah. Ternyata setelah dilakukan penelitian dengan membawa sample dari Papua, pemerintah menemukan jawaban pasti dari kejadian ini.
"Uji laboratorium sudah kita periksa, takutnya wabah, ternyata semua negatif, yang positif difteria pertussis dan menjadi pneumoni," jelas Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek, SpM (K) ditemui di kantor Kementrian Kesehatan, Jumat, 11 Desember 2015.
Nila menjelaskan bahwa gejala mereka sama, demam, batuk, dan sesak napas. Menurutnya, penyakit ini menyerang, karena kesadaran menjaga kesehatan yang belum baik.
Warga di sana tinggal di rumah Honai, dengan ukuran 7 meter persegi untuk 8 - 10 orang, tanpa ventilasi. Perubahan suhu drastis antara siang dan malam, juga menjadi penyebab penyakit datang. Saat malam, mereka menyalakan api di dalam rumah, sesuatu yang tentunya tidak baik bagi pernapasan, ditambah air masih kotor.
"Air yang digunakan di sana kotor, mereka minum air tersebut tanpa direbus," jelas Nila. Untuk mencegah kejadian serupa terulang, pemerintah merasa program Flying Health Care (kru kesehatan yang selalu standby) kembali ada. Bahkan kebutuhan akan hal ini telah dimasukkan ke dalam APBN 2016.
"Kita melihat daerah yang sulit dicapai memerlukan sarana prasarana seperti Flying Health Care, dulu pernah ada tapi dihentikan, mungkin karena dana. Sekarang sudah diangkat lagi, dan ada di APBN 2016," jelas Menkes. (ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Nila menjelaskan bahwa gejala mereka sama, demam, batuk, dan sesak napas. Menurutnya, penyakit ini menyerang, karena kesadaran menjaga kesehatan yang belum baik.