Resistensi Antibiotik Bisa Sebabkan Kematian
VIVA.co.id - Antibiotik seringkali digunakan berlebihan, bahkan ketika tubuh sebenarnya tidak cukup sakit. Masih banyak masyarakat yang menyimpan antibiotik di rumah, lalu memberikannya pada keluarga atau teman yang memiliki ciri penyakit sama. Padahal, belum tentu mereka memerlukan antibiotik.
Perilaku di atas hingga kini masih dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Ternyata hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun seluruh dunia terutama di negara berkembang.
"Temuan WHO mengatakan, bahwa resistensi antibiotik sudah pada level berbahaya tidak hanya di negara berkembang namun seluruh masyarakat dunia," ujar perwakilan WHO di Indonesia, Dr Dewi Indriani dalam acara World Antibiotic Awareness Week, di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 12 November 2015.
Dari laporan WHO, gambaran global resistensi antimikroba (anti terhadap semua jenis mikroba seperti jamur, virus, bakteri) atau yang oleh masyarakat awam lebih dikenal sebagai antibiotik (anti terhadap bakteri) banyak terjadi karena masih sedikit negara yang memiliki rencana aksi komprehensif, dan program surveilans antimikroba. Selain itu, antibiotik masih dijual bebas karena negara belum memiliki pedoman pengobatan, dan rendahnya kesadaran masyarakat dan media tentang resistensi antimikroba, membuat penggunaan antibiotik tak terkontrol.
Kondisi ini berbeda dengan negara maju, dimana penjualan antibiotik sudah diatur dan di monitor dengan baik. Buruknya penggunaan antibiotik terjadi di negara Thailand. Di negara ini lebih dari 38 ribu orang per tahun meninggal karena resistensi antibiotik. Dengan semakin banyaknya korban yang mengalami resistensi antibiotik, sejak tahun 1998 WHO telah melakukan banyak cara untuk menyadarkan pentingnya menggunakan antibiotik dengan bijak.
Salah satu hal yang dilakukan untuk pertama kalinya oleh WHO adalah menetapkan World Antibiotic Awareness Week pada tanggal 16 hingga 22 November 2015. Bekerjasama dengan Yayasan Orang Tua Peduli, WHOÂ mengedukasi dan meningkatkan kepedulian masyarakat dan bagaimana menjadi pasien yang cerdas baik terhadap penggunaan obat atau antibiotik dengan aman.
(mus)