Waspadai Gangguan Kecemasan yang Tak Disadari Datangnya
Rabu, 11 November 2015 - 18:17 WIB
Sumber :
- Pixabay
VIVA.co.id
- Hidup di kota besar dan gaya hidup jetset tidak urung menjadi penyebab seseorang menderita kecemasan. Ya, gangguan kecemasan seringkali tidak disadari saat datang oleh penderitanya.
"Gangguan kecemasan tidak muncul begitu saja, perlu waktu bertahun-tahun sehingga penderitanya seringkali tidak menyadari," ujar psikiater sari klinik, Psikosomatik Rumah Sakit OMNI Alam Sutera dr.Andri, SpKJ, FAPM, ditemui di acara bertema "Mengendalikan Kecemasan untuk Hidup Lebih Berkualitas" di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu, 11 November 2015.
Baca Juga :
Studi: Pria Lebih Stres Saat Bersama Istri
Baca Juga :
Ini Penyebab Munculnya Gangguan Kecemasan
"Gangguan kecemasan tidak muncul begitu saja, perlu waktu bertahun-tahun sehingga penderitanya seringkali tidak menyadari," ujar psikiater sari klinik, Psikosomatik Rumah Sakit OMNI Alam Sutera dr.Andri, SpKJ, FAPM, ditemui di acara bertema "Mengendalikan Kecemasan untuk Hidup Lebih Berkualitas" di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu, 11 November 2015.
Dari data Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2013, menunjukkan sekitar 16 juta orang atau sekitar 6 persen penduduk Indonesia mengalami gangguan mental emosional seperti cemas, depresi, dan psikosomatik.
Psikiater senior, dr.Danardi Sosrosumihardjo menyampaikan bahwa gangguan mental atau gangguan jiwa, perlu pengobatan jangka panjang, namun semua penyakit jiwa pada dasarnya bisa disembuhkan.
Gejala kecemasan yang paling serius adalah merasa sakit jantung, merasa berdebar bahkan memutuskan mendatangi IGD. Sedangkan gejala lainnya antara lain susah konsentrasi, gejala fisik atau psikosomatik seperti lambung tidak enak, sakit kepala, hingga sulit konsentrasi.
Namun kultur di Indonesia orang seringnya merasa malu, jangankan untuk menemui ahli jiwa (seperti psikiater ataupun psikolog), bahkan hanya mengakui memiliki gejala kecemasan saja, mereka lebih memilih mengaku sedang sakit.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Dari data Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2013, menunjukkan sekitar 16 juta orang atau sekitar 6 persen penduduk Indonesia mengalami gangguan mental emosional seperti cemas, depresi, dan psikosomatik.