Waspada, Pendarahan Usai Menopause
- Freewallpaper
VIVA.co.id - Kanker merupakan momok yang menakutkan bagi setiap orang. Bicara kanker pada wanita, payudara dan leher rahim adalah dua jenis kanker yang paling umum terjadi.
Meski begitu, beberapa tipe kanker lain tak boleh Anda sepelekan. Seperti kanker endometrial atau disebut juga dengan uterine cancer. Kanker ini merupakan jenis kanker yang bermula pada uterus atau rahim, tabung yang bentuknya menyerupai buah pir, yang terletak di tempat janin berkembang, yaitu bagian pinggul.
Menurut Dr Lisa Wong, ahli Bedah Ginekologis dan Onkologi di Mount Elizabeth Hospital, Singapura, terdapat beberapa faktor risiko kanker endometrial selain adanya tumor di uterus.
"Faktor risikonya adalah wanita dengan obesitas, wanita yang menerima terapi hormon pengganti (HRT), menderita diabetes, hipertensi dan kolesterol tinggi. Inilah mengapa kanker endometrial sering disebut sebagai kanker orang-orang kaya," ujar Dr Lisa saat ditemui di acara diskusi kesehatan bertajuk 'Melindungi Perempuan dari Kanker yang Mematikan' di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat, 9 Oktober 2015.
Ia mengatakan, kanker yang awalnya tumbuh di lapisan sel dinding uterus ini umumnya dapat dideteksi pada tahap awal. Itu karena gejala kanker endometrial tidak begitu sulit dikenali, seperti pendarahan yang tidak normal. Untuk itu, wanita yang mengalami pendarahan setelah menopause harus segera memeriksakan diri.
"Jika 12 bulan setelah melewati masa menopause Anda mengalami pendarahan, Anda wajib memeriksakan diri ke dokter," ujarnya.
Beberapa gejala kanker endometrial lainnya antara lain adalah pendarahan vaginal yang abnormal, pendarahan di antara periode menstruasi, rasa nyeri pada pelvis, perut semakin membesar, adanya massa pada pangguk dan sebagainya.
Jenis pemeriksaan yang dilakukan dokter untuk mendeteksi adanya sel-sel abnormal yang berisiko berkembang menjadi kanker endometrial adalah dengan melakukan beberapa hal antara lain hysteroscopy, office hyteroscopy dan mengambil sampel endometrial, CT scan abdomen atau pelvis, MRI dan pet CT scan.
"Untuk pasien yang kankernya masih berada pada tahan awal, pilihan pengobatan yang tersedia saat ini adalah pembedahan dengan mengangkat rahim dan ovarium. Pembedahan juga bisa meliputi kelenjar getah bening dan omentectomy," ujarnya menambahkan.
Sementara, pasien yang berada di tahap akhir kanker, umumnya sudah tidak dapat dioperasi sehingga pilihan perawatan yang ada antara lain adalah radiotherapy, terapi hormonal dan kemoterapi.
(mus)