Gaya Hidup Pengaruhi Tinggi Rendahnya Kadar Kolesterol
Jumat, 9 Oktober 2015 - 10:19 WIB
Sumber :
VIVA.co.id
- Seseorang yang memiliki kadar kolesterol tinggi, terkadang sering mengalami keluhan berupa sakit kepala berat, disertai tengkuk dan bahu nyeri. Kalau dilihat dari sisi medis, apakah hal ini aman?
Dokter Deffy Leksani dari Meetdoctor menjelaskan, seseorang yang memiliki kadar kolesterol lebih dari 200mg/dl, memang dapat dikatakan melebihi nilai batas ambang aman yang seharusnya. Biasanya orang-orang yang memiliki kadar kolesterol berlebih, lebih beresiko dua kali lipat terkena penyakit jantung koroner.
Baca Juga :
Ini Tiga Buah Penurun Kadar Kolesterol
Baca Juga :
Inilah Pengaruh Kopi dan Teh Terhadap Kolestrol
Dokter Deffy Leksani dari Meetdoctor menjelaskan, seseorang yang memiliki kadar kolesterol lebih dari 200mg/dl, memang dapat dikatakan melebihi nilai batas ambang aman yang seharusnya. Biasanya orang-orang yang memiliki kadar kolesterol berlebih, lebih beresiko dua kali lipat terkena penyakit jantung koroner.
“Jika kadar kolesterol tinggi, artinya ada begitu banyak lemak di dalam pembuluh darah sehingga darah menjadi sulit mengalir di arteri. Efeknya jantung akan kekurangan oksigen, meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke,” ujarnya.
Dalam tahap menurunkan kadar kolesterol, dibutuhkan obat medis namun faktor gaya hidup seperti kebiasan mengkonsumsi makanan (berlemak) sehari-hari juga sangat berperan penting, dalam mengontrol kadar kolesterol.
Mulai saat ini, tinggalkan kebiasaan yang memengaruhi tingginya kadar kolesterol di dalam darah, sehingga dengan hidup sehat, diharapkan bisa memerbaiki kesehatan.
Adanya gejala yang dirasakan, seperti sakit kepala berat disertai tengkuk nyeri, Deffy katakan dapat saja terjadi oleh banyak hal. Untuk memastikannya, ada baiknya Anda periksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam untuk dilakukan pemeriksaan secara langsung.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
“Jika kadar kolesterol tinggi, artinya ada begitu banyak lemak di dalam pembuluh darah sehingga darah menjadi sulit mengalir di arteri. Efeknya jantung akan kekurangan oksigen, meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke,” ujarnya.