Cara UGM Atasi Masalah Gangguan Jiwa di Yogyakarta

ilustrasi logo medis
Sumber :
  • istock

VIVA.co.id - Yogyakarta menduduki peringkat pertama di Indonesia sebagai daerah yang memiliki penyandang gangguan jiwa berat atau . Berdasarkan data riset kesehatan dasar Tahun 2013, Yogyakarta memiliki sekitar 16 ribu orang yang hidup dengan skizofrenia dengan prevalensi skizofrenia 4,6 per 1000 penduduk.

Kondisi ini mendorong Universitas Gadjah Mada mengembangkan program penguatan layanan jiwa berbasis kearifan budaya dengan melibatkan ribuan kader kesehatan jiwa (keswa) yang tersebar di lima lokasi Puskesmas, yang tersebar di empat kabupaten dan kota di Provinsi DIY.

Jangan Hanya Raga, Ini Cara Menyehatkan Jiwa

Baca juga:

"Penguatan sistem layanan kesehatan jiwa yang berbasis puskesmas ini sebagai rintisan awal untuk menanggulangi para penyandang gangguan jiwa," kata koordinator program, Prof Subandi, Ph.D, pada Rabu 12 Agustus 2015.

Guru Besar Fakultas Psikologi UGM itu menjelaskan, untuk menyelesaikan masalah kesehatan gangguan jiwa di DIY, pihaknya juga bekerja sama dengan berbagai profesi di antaranya psikiater, psikolog, dokter, perawat, kader dan keluarga.

Untuk penguatan kader keswa, pihaknya melibatkan kader kesehatan di lima puskesmas di setiap kabupaten dan kota yakni puskesmas Kalasan Sleman, Puskesma Kasihan 2 Bantul, Puskesma Galur 2 Kulonprogo, Puskesmas Wonosari 2 Gunung Kidul dan Puskesmas Kota Gede 1 Kota Yogyakarta.

UGM Ciptakan Alat Deteksi Zat Berbahaya pada Makanan

"Setiap puskesmas ini memiliki puluhan kader di setiap dusun akan dilatih untuk mendeteksi dan menangangi pasien yang memeiliki gejala gangguan jiwa," katanya.

Selama satu bulan, para kader keswa ini akan dilatih untuk memahami perilaku pasien gangguan jiwa, menegtahui gejala yang nampak, metode penanganan, dan pemberian pertolongan pertama pada pasien gangguan jiwa.

Sehubungan dengan tingginya angka penderita gangguan jiwa berat di Yogyakarta, Subandi mengatakan data tersebut mengindikasikan sistem pendataan kesehatan di Yogyakarta sudah berjalan dengan baik sehingga mendeteksi jumlah penderita pasien gangguan jiwa.

Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terkena gangguan jiwa, disebabkan mereka tidak mampu menyikapi dan mengatasi persoalan hidup dengan baik.

“Banyak persoalan dan perubahan sosial dan ekonomi di tengah masyarakat apabila tidak disikapi dengan baik bisa berisiko menimbulkan gangguan jiwa,” ujarnya. Untuk mencegah gangguan jiwa, orang perlu memperkuat diri menghadapi setiap persoalan baik pribadi, keluarga, kantor, dan di masyarakat.

”Kehidupan kita akan selalu menghadapi semua itu, namun bagaimana mensikapi persoalan itu, agar tidak membebani kita, tapi sebaliknya memperkuat pribadi kita,” ucapnya.

Nida Aqidatus Sholikah, mahasiswa termuda UGM 2016

Nida Jadi Mahasiswa Termuda UGM

Dia mengikuti program akselerasi sejak SD. Baru 15 tahun.

img_title
VIVA.co.id
1 Agustus 2016