Ini Bahaya Menggunakan Minyak Jelantah
- istock
VIVA.co.id - Masyarakat di Indonesia masih sering menggunakan minyak jelantah atau minyak yang sudah berulang kali digunakan untuk menggoreng. Padahal, penggunaan minyak jelantah dapat berbahaya bagi kesehatan orang yang mengonsumsinya.
Dokter Maria Selvester Thaedus, M.Biomed, dosen Fakultas Kedokteran UPN Veteran, Jakarta, dalam ujian terbuka doktor di Fakultas Kedokteran UGM mengatakan, minyak jelantah tidak layak digunakan kembali untuk keperluan memasak.
Sebab, proses pemanasan minyak goreng yang lama, ataupun berulang akan menyebabkan oksidasi dan polimerisasi asam lemak, yang menghasilkan radikal bebas senyawa peroksida, yang bersifat membahayakan bagi sel tubuh.
“Syarat mutu bilangan peroksida minyak goreng menurut SNI. 01-3741-2002 maksimal 10 meq/1kg minyak. Sementara itu, penggunaan minyak goreng berulang dalam rumah tangga memiliki bilangan peroksida 20-40 meq/kg,” ujarnya, Rabu 25 Maret 2015.
Dari penelitian yang dilakukannya menggunakan 28 ekor mencit Mus musculus L Galur Swiss Derived, lalu diberi minyak jelantah per oral berdosis 10μl/g1BB hingga 16 minggu, diketahui minyak jelantah bisa menyebabkan kerusakan oksidatif melalui peningkatan kadar serum malondialdehid.
Selanjutnya, diikuti dengan peningkatan aktivitas superoksida dismutase. Di samping itu, hal ini juga merangsang proses peradangan hati melalui peningkatan ekspresi sitokin proinflamasi.
Ditambahkan Maria, pemakaian minyak jelantah juga menyebabkan perubahan histologik hati, berupa adanya perlemakan hati atau steatosis. Bahkan, bertendensi menyebabkan kerusakan oksidatif DNA melalui peningkatan kadar 8-OHdG.
"Hal ini menunjukkan adanya kerusakan sel atau jaringan derajat berat, disertai kerusakan DNA,” tuturnya mengenai disertasi berjudul "Dampak Konsumsi Minyak Jelantah terhadap Oksidatif DNA.
Maria mengimbau masyarakat untuk menghindari penggunaan minyak jelantah dalam rumah tangga, karena kandungan minyak ini dapat menimbulkan kerusakan oksidatif bagi kesehatan, dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan penyakit degeneratif.
“Gunakan minyak goreng secerdas mungkin dan tidak berulang dengan jumlah sesuai kebutuhan,” ucapnya. (art)
![vivamore="Baca Juga :"]