Ketahui Masalah Kesehatan yang Rentan Diderita Ibu Hamil

Ilustrasi Wanita Hamil
Sumber :
  • iStockphoto
VIVAlife-
Badan kesehatan dunia atau WHO memperkirakan, ada sektiar 500 ribu ibu hamil meninggal setiap tahunnya, terutama di negara berkembang.


Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 juga mengungkap, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tertinggi di Asia.


Kondisi itu muncul karena minimnya kesadaran akan kesehatan ibu hamil. Banyak pula para ibu hamil tidak tahu, bahwa ada masalah kesehatan berbahaya yang rentan dialami wanita ketika tengah berbadan dua.


Masalah hipertensi pre eklamasia atau hipertensi saat hamil dan infeksi seringkali menjadi penyebab kematian pada ibu hamil. Namun ada juga masalah kesehatan lainnya yang seringpula dialami ibu hamil yang cukup berbahaya,  antara lain:


Pendarahan

Faktor risiko komplikasi yang sering terjadi adalah pendarahan pada kehamilan muda atau pada trimester pertama kehamilan. Pendarahan dalam jumlah sedikit, seperti bercak-bercak pada kehamilan minggu ke tujuh sampai sembilan merupakan hal yang normal.


Itu karena implantasi embrio pada dinding rahim menyebabkan dinding rahim melepaskan sejumlah kecil darah dan berlangsung satu hingga dua hari. Mengangkat beban berat, aktivitas berlebih atau hubungan seksual juga dapat menyebabkan terjadinya pendarahan dan biasanya akan hilang setelah beristirahat cukup.


“Pendarahan pada awal kehamilan perlu diwaspadai karena dapat menjadi ancaman keguguran. Kalau mengalami pendarahan hebat, diikuti dengan kram perut, atau disertai keluarnya darah beku jaringan fetus, maka kemungkinan sang ibu mengalami keguguran," ujar Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari Rumah Sakit Pondok Indah, Azen Salim, dalam acara Anenatal Care, di Jakarta.


Plasenta Previa


Adalah kondisi dimana pertumbuhan plasenta atau ari-aru sebagai pemberi nutrisi dan oksigen bagi janin, terletak pada dinding rahim bagian bawah, dan menutupi seluruh atau sebagaian mulut rahim.


Gejala utama dari plasenta previa adalah pendarahan yang terjadi secara tiba-tiba dan kadangkala disertai dengan adanya kontraksi. Umum terjadi diakhir trimester dua atau awal trimester tiga.


Pendarahan ini dapat berupa sedikit tetesan darah sampai jumlah darah yang cukup banyak melebihi pendarahan saat datang bulan.


Oleh karena itu, ibu hamil dengan kondisi itu dianjurkan untuk mengurangi aktifitas fisik, bed rest (istirahat) total bagi wanita hamil dengan riwayat perdarahan banyak dan berulang, tidak berhubungan seksual selama sisa waktu kehamilan, tidak memasukkan tampon vagina, dan tidak melakukan pembersihan vagina dengan menyemprotkan cairan menggunakan aplikator tertentu.


Hipertensi

Ini merupakan risiko kehamilan yang kerap muncul selama kehamilan. Hipertensi atau darah tinggi selama kehamilan digolongkan menjadi dua: ringan dan berat.


Perlu diketahui, kehamilan dapat mengubah sistem kardiovaskuler pada seorang ibu, pada keadaan normal tekanan tidak berubah atau menetap secara fisiologi. Itu artinya hipertensi saat kehamilan, dapat membuat tekanan darah meningkat. Diketahui lebih dari 25% terjadi pada kehamilan pertama.


Risiko meningkatnya hipertensi selama kehamilan: sudah menderita hipertensi sebelumnya, menderita penyakit ginjal, menderita diabetes, usia (kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun), serta risiko khamilan kembar.


Tingginya tekanan darah dapat membuat pembuluh darah meningkat, sehingga arus darah pada beberapa organ sistem terganggu atau berkurang. Organ tersebut antara lain jaringan hati, ginjal, otak, rahim, dan plasenta.


Bukan hanya itu, hipertensi saat kehamilan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin di dalam rahim, dan terjadi pelepasan plasenta dini dari dinding rahim yang sangat membahayakan ibu dan janin.


"Jika tidak ditangani dengan tepat dapat memunculkan risiko kejang-kejang dan kematian ibu juga janin. Karena risiko tinggi tersebut, biasanya persalinan dapat dipercepat sebelum usia kehamilan 37 minggu,” jelas Azen.


Ketuban Pecah

Menjelang kelahiran, biasanya ibu akan mengalami air ketuban pecah yang terjadi beberapa jam sebelum persalinan atau pada saat persalinan. Umumnya air ketuban pecah jika usia kehamilan sudah mencapai 37 minggu.


Namun pada beberapa kasus, air ketuban pecah sebelum waktunya (pada usia kehamilan di bawah 37 minggu) atau yang dikenal dengan Ketuban Pecah Dini (KPD). Kasus kegawatdaruratan ini disebabkan karena infeksi saluran reproduksi, seperti keputihan, saluran kencing, maupun infeksi kuman penyakit lain yang dapat menjadi pemicu kelahiran prematur.

Tegas! Menteri ATR Copot 6 Pejabat Terkait Skandal Sertifikat Pagar Laut di Tangerang

Gejala infeksi KPD adalah demam, bercak berbau, meningkatnya denyut nadi dan nyeri di bagian perut bawah. Selain itu, jantung bayi juga akan berdetak lebih cepat dari biasanya. Jika hal ini terjadi, maka bayi harus dilahirkan dengan segera.
Pasukan Ukraina Gunakan Kucing Buat Jebak Puluhan Tentara Korut


Viral Ayla Lawan Arah di Bekasi Malah Ngamuk saat Diadang Kurir Ekspedisi, Begini Endingnya
Spesialis Anak dan Konsultan Perinatologi dari Rumah Sakit Pondok Indah, Dr. Rinawati Rohsiswatmo mengatakan, bayi prematur memiliki risiko gangguan kesehatan tinggi, karena perkembangan dan fungsi organ-organ yang belum matang serta kemampuan beradaptasi di luar kandungan yang masih sangat terbatas.


"Masalah yang sering terjadi adalah kesulitan pernapasan (respiratory distress). Di awal kehidupannya, mereka butuh bantuan pernapasan agar tidak jatuh pada kondisi darurat sampai bayi tersebut stabil,” jelas Rinawati Rohsiswatmo. (adi)
Ilustrasi harga emas dunia

Harga Emas Terus Meroket, Warga Berbondong-bondong Membeli untuk Investasi dan Persiapan Lebaran

Harga emas di Rangkasbitung tembus Rp1,4 juta per gram, tetap diminati warga untuk investasi dan persiapan Lebaran. Simak alasan dan tren kenaikan harganya di sini.

img_title
VIVA.co.id
31 Januari 2025