Tuberkulosis Bisa Ditularkan Lewat Piring Makan dan Gelas Minum?
- Dokumentasi IPB
VIVA – Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan global yang signifikan, termasuk di Indonesia. Menurut Global Tuberculosis Report 2024 yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2023 terdapat sekitar 10,8 juta kasus baru TB di dunia, dengan 1,25 juta kematian akibat penyakit ini.
Sementara itu, untuk Indonesia kini berada di peringkat kedua dengan jumlah kasus TB terbanyak di dunia, menyumbang sekitar 10 persen dari total kasus global.
Pada tahun 2023, terdapat sekitar 1.090.000 kasus baru TB di Indonesia dengan angka kematian mencapai 130.000 jiwa, atau sekitar 17 kematian setiap jam. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Ilustrasi tuberkulosis.
Berkaitan dengan TB, spesialis penyakit paru yang juga Peneliti Nasional Vaksin TB, Prof. DR. Dr. Erlina Burhan, Sp.P(K), mengungkap tentang berbagai rumor yang di kalangan masyarakat terkait dengan penularan TB.
Banyak di masyarakat yang menyebut penularan TB bisa menular melalui piring dan gelas. Diungkap oleh Erlina bahwa hal tersebut tidak menular melalui piring atau gelas.
"Saya banyak dapat pertanyaan apakah TB menular dari piring dan gelas, apakah keluarga yang TB ini harus diisolasi, dipisahkan kamarnya. Nggak perlu, karena TB menular lewat udara, bukan lewat piring atau gelas," kata dia dalam virtual meeting briefing, Senin 24 Maret 2025.
Erlina meminta kepada semua pihak untuk tidak memberikan stigma negatif kepada pasien TB. Termasuk masalah pemutusan hubungan kerja kepada pekerja yang terkonfirmasi TB. Padahal, penyakit TB sendiri bisa disembuhkan.
Hasil pemeriksaan rontgen paru-paru terdapat tuberkulosis
- YouTube: Kata Dokter
"Jadi jangan diberikan stigma, bahkan perusahaan-perusahaan jangan diberhentikan karyawannya yang sakit TB, karena mereka sakit, kalau diobati bisa sembuh kok, bisa bekerja kembali seperti biasa," ujar dia.
Sementara itu,Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Ina Agustina Isturini, MKM juga mengingatkan kepada masyarakat bahwa memang penyakit TB bisa menular, namun demikian penyakit ini bisa dipbati dan dicegah.
"Mohon untuk bisa menyebar luaskan pada masyarakat bahwa untuk tetap mendapatkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya TB. Kalaupun nanti ada yang mencurigakan itu TB, itu bisa segera ditemukan, itu harus didukung untuk pengobatannya hingga selesai," kata dia.
Ina juga menghimbau kepada masyarakat untuk mendukung pasien TB untuk melakukan pengobatan yang tepat sehingga pasien tersebut sembuh.
Ilustrasi tuberkulosis.
- http://sirupgurah.com
"Artinya TB ini ketika dia kemudian diobati dengan baik, dia bisa sembuh dan bisa tidak menularkan kembali. TB itu bisa diobati dan bisa dicegah dan ayo kita semua berpartisipasi. Dari saya adalah bahwa ayo kita kurangi atau kita hilangkan stigma TB," kata dia.
Selain itu juga Ina meminta dukungan masyarakat untuk mendukung gerakan TOS (Temukan TB di Indonesia, Obati Sampai Sembuh TB).
Kampanye ini menjadi salah satu pendekatan untuk menemukan, mendiagnosis, mengobati dan menyembuhkan pasien TBC, serta menghentikan penularan TBC di masyarakat.
TOS TB sendiri menargetkan 90 persen penurunan insiden TB dan 95 persen penurunan kematian TB pada tahun 2030.
"Jadi minta dukungannya untuk ayo kita bareng-barengan TOS, temukan dan obati sampai sembuh. Kemudian kita juga mencegah TB bisa dengan selain perilaku hidup bersih dan sehat, tentu juga dengan untuk orang yang eligible adalah dengan minum terapi penjagaan TBC. Kedepannya tentu bisa dengan vaksin," ujar dia.
Vaksin kandidat TB
Saat ini, vaksin kandidat M72/AS01E sedang menjalani uji klinis fase 3 yang dimulai pada Maret 2024. Uji coba ini berlangsung di lima negara, termasuk Indonesia, dengan melibatkan hingga 20.000 peserta, termasuk individu dengan HIV.
Jika berhasil, M72/AS01E bisa menjadi vaksin pertama dalam lebih dari satu abad yang mencegah TB paru pada remaja dan dewasa.
“Vaksin M72/AS01E telah menunjukkan perlindungan sekitar 50 persen dalam uji klinis fase 2b selama tiga tahun pada orang dewasa yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. WHO memperkirakan bahwa dalam jangka waktu 25 tahun, tingkat perlindungan ini dapat menyelamatkan 8,5 juta jiwa, mencegah 76 juta kasus baru TB, dan menghemat biaya sebesar USD 41,5 miliar bagi rumah tangga yang terdampak TB,” kata Prof. Erlina.
Sejak tahun 2022, Indonesia menjadi salah satu lokasi utama dalam uji klinis fase 3 vaksin M72/AS01E. Hingga Maret 2025, jumlah subjek yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini di Indonesia hampir mencapai 2.000 orang.
Ini menunjukkan komitmen kuat Indonesia dalam mendukung inovasi dan penelitian untuk menemukan solusi yang lebih efektif dalam memerangi TB.