Dampak Medis hingga Psikologis Terjadi pada Anak dengan Bibir Sumbing, Harus Segera Ditangani!
- Vera Bahali/tvOne/Labuan Bajo
Jakarta, VIVA – Bibir sumbing adalah kelainan bawaan yang terjadi ketika jaringan pembentuk bibir tidak menyatu dengan sempurna selama perkembangan janin di dalam kandungan. Kondisi ini dapat terjadi secara terpisah atau bersamaan dengan celah pada langit-langit mulut (cleft palate).
Setiap tahunnya, sekitar 7.500 anak di Indonesia lahir dengan bibir sumbing—suatu kondisi yang tidak hanya berpengaruh pada aspek fisik, tetapi juga berdampak pada kesehatan, pertumbuhan, dan kualitas hidup mereka. Scroll lebih lanjut ya.
Jika tidak segera ditangani, bibir sumbing dapat berdampak negatif pada kemampuan anak dalam berbicara, makan, dan berkembang secara optimal. Tanpa intervensi yang tepat, kondisi ini dapat memperburuk masalah kesehatan sekaligus menghambat perkembangan sosial dan psikologis anak. Oleh karena itu, penanganan dini sangat diperlukan untuk mengurangi risiko komplikasi jangka panjang dan mendukung tumbuh kembang anak secara maksimal.
"Pasien dengan kelainan celah bibir dan langit-langit ketika dilahirkan dan tidak ditangani secara dini akan mengalami dampak medis, psikologis, dan psikososial" kata Ketua Dewan Medis Smile Train Asia Tenggara, Mayor Jenderal TNI (Purn.) dr. Budiman, Sp.BP- RE(K)., MARS., MH., dalam acara talksoh Sambut Lebaran dengan Lebih Banyak Senyuman bersama Smile Train Indonesia, di Cibubur, Kamis 20 Maret 2025.
Dampak bibir sumbing yang tidak ditangani sejak dini berkaitan erat dengan proses tumbuh kembang anak. Adanya celah di bagian bibir atau langit-langit dalam rongga mulut membuat anak tidak bisa menyedot ASI atau susu dalam botol.
Kondisi ini lantas membuat banyak bayi dengan bibir sumbing mengalami stunting karena asupan gizi yang tidak terpenuhi. Selain itu, anak dengan bibir sumbing akan kesulitan berbicara seperti anak-anak normal seusianya. Jika dibiarkan, maka anak ini akan kesulitan berkomunikasi dengan orang lain hingga mengalami masalah sosial.
"Dia nggak bisa bicara sesuai dengan anak normal pada umumnya. Kemampuan mengucap kata-kata dasar tidak bisa, itu akan menyebabkan gagal komunikasi," terang Dokter Budi.
FKG Unhas Adakan Operasi Bibir Sumbing 5 Anak secara Gratis
- antara
Selain dampak medis dan psikososial, anak dengan kondisi bibir sumbing juga berisiko mengalami perundungan sewaktu sekolah. Hal ini lantas akan berdampak pada kepercayaan dirinya hingga dewasa.
"Anak masuk usia pra-sekolah, dampaknya dia akan dibully dan lainnya. Sampai dewasa kalau nggak segera ditangani cara bicaranya dan lainnya maka dia bisa merasa rendah diri dan yang paling parah adalah depresi" katanya.
Di berbagai daerah, terutama di wilayah pedesaan dan terpencil, masih banyak keluarga yang kesulitan mendapatkan layanan medis yang memadai. Tidak sedikit orang tua yang belum menyadari bahwa bibir sumbing dapat ditangani secara gratis, sementara hambatan geografis sering kali menyulitkan mereka untuk mengakses rumah sakit mitra yang menyediakan layanan tersebut.
Akibatnya, banyak anak harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan perawatan yang diperlukan, yang dapat berujung pada masalah gizi, hambatan pertumbuhan, serta meningkatnya risiko komplikasi jangka panjang seperti gangguan pendengaran dan infeksi telinga. Selain itu, tekanan sosial dan stigma yang melekat pada kondisi ini sering kali mengurangi rasa percaya diri anak serta menghambat interaksi mereka dengan teman sebaya. Kurangnya edukasi dan keterbatasan akses terhadap terapi lanjutan juga memperparah kondisi mereka. Dalam momentum menyambut Lebaran 1446 H, Smile Train Indonesia mengajak masyarakat untuk lebih memahami urgensi penanganan bibir sumbing pada bayi dan anak-anak.