Cegah Obesitas Agar Tak Berujung Diabetes, 5 Ritual Ini Bisa Bikin Berat Badan Turun Drastis

Ilustrasi diabetes
Sumber :
  • spukkato dari Freepik

Jakarta, VIVA –  Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan berbagai tradisi, salah satunya adalah konsumsi makanan manis yang melimpah, seperti kue keranjang, dodol, dan permen. Meskipun kelezatan makanan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kebahagiaan perayaan, konsumsi berlebihan makanan manis dapat meningkatkan risiko kesehatan, terutama terkait dengan diabetes. 

Kenapa Setelah Menikah Banyak Pasangan yang Mengalami Kenaikan Berat Badan?

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Endokrinologi Metabolik dan Diabetes RS Pondok Indah – Pondok Indah, Prof. Dr. dr. Imam Subekti, Sp. P.D, Subsp. E.M.D. (K), FINASIM memperingatkan bahwa dalam suasana yang penuh kegembiraan ini, penting untuk tetap waspada terhadap pola makan yang sehat, mengingat semakin tingginya angka penyandang diabetes di Indonesia. 

"Konsumsi makanan manis yang berlebihan, terutama dalam periode perayaan, dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes," kata dr Imam lewat rilis yang diterima VIVA.co.id. 

Malnutrisi Masih Jadi Masalah Kesehatan di Indonesia, Begini Kata Dokter Gizi

Prof Dr dr Imam Subekti

Photo :
  • RS Pondok Indah

Prevalensi Penyakit Kronis pada Anak Meningkat Gegara Jajanan Sekolah, Ahli: Tidak Aman Mutu Pangannya
Prof. Dr. dr. Imam Subekti

dr Imam juga mengingatkan, memiliki tubuh dengan berat badan berlebih bahkan menjadi obesitas tidak hanya mengurangi estetika penampilan dan menghambat aktivitas sehari-hari, tetapi juga menyebabkan penurunan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang dikenal sebagai resistensi insulin.

"Awalnya, pankreas akan memproduksi lebih banyak insulin untuk mengatasi hal tersebut. Namun, jika kondisi ini berlanjut, pankreas akan mengalami kelelahan dan berujung pada terjadinya diabetes. Oleh karena itu, menjaga berat badan tetap ideal sangat penting untuk mengurangi risiko diabetes, terutama di tengah godaan makanan manis saat perayaan," ujarnya lagi,

Cara Mengukur Obesitas

Diungkapkan pula oleh dr Imam, secara umum, yang disebut obesitas adalah kondisi tubuh dengan penumpukan lemak yang berlebih. Cara pengukuran kadar lemak yang akurat adalah dengan CT-scan atau MRI. Namun, mengingat pemeriksaan dengan alat ini tidaklah murah dan hanya tersedia di tempat tertentu seperti rumah sakit saja, maka cara lain yang digunakan adalah dengan pengukuran indeks massa tubuh (IMT), yaitu berat badan kuadrat (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter). IMT disebut normal jika hasilnya berada di rentang 18 – 22,9, disebut berlebih pada rentang 23– 25, obesitas 1 pada rentang 25 – 30, dan obesitas 2 jika berada di atas 30 dalam satuan kg/m2. Untuk mengukur komposisi massa tubuh juga dapat dilakukan dengan alat khusus seperti densitometer tubuh. Ada empat faktor yang membuat seseorang mengalami obesitas, yaitu asupan berlebih, penggunaan energi yang kurang, genetik, dan penyakit dengan faktor pertama dan kedua yang paling banyak terjadi.

Cara Agar Obesitas Tidak Menjadi Diabetes

Perjalanan obesitas menjadi diabetes terjadi melalui beberapa tahap. Tahap awal, akibat resistensi insulin, gula
darah mulai meningkat tetapi belum menimbulkan gejala. Tahap ini disebut pre-diabetes yaitu kadar gula darah puasa dan atau sesudah makan berada di atas kisaran normal, tetapi belum sampai pada kriteria diabetes.

Tahap berikutnya disebut diabetes, yaitu kadar gula darah puasa dan atau sesudah makan sudah sampai pada angka yang sesuai dengan kriteria diabetes. Pada tahap ini, mulai ada gejala, antara lain sering buang air kecil, banyak minum, banyak makan, tetapi berat badan turun.

Bagi seseorang dengan berat tubuh berlebih, hal pertama yang perlu dilakukan agar terhindar dari diabetes adalah mencari tahu faktor penyebab kegemukan yang dialaminya. Informasi ini diperlukan untuk menentukan tata laksana penurunan berat badan. Menurunkan berat badan bukan sekadar menghindarkan diri dari diabetes, tetapi juga dapat memperkecil berbagai risiko penyakit, seperti serangan jantung, darah tinggi, kolesterol, dan sebagainya.  dr Imam pun mengatakan, secara umum, ada 5 hal yang perlu dilakukan untuk menurunkan berat badan:

Mengatur pola makan
Perlu dihitung total kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas harian, sehingga dapat ditentukan asupan yang diperlukan untuk terapi diet penurunan berat badan. Penghitungan ini diharapkan dapat menurunkan kalori sebesar 500 – 1.000 kilo kalori per hari

Aktivitas fisik rutin
Aktivitas fisik dilakukan setidaknya tiga kali dalam satu minggu dengan durasi setidaknya 30 menit. Durasi dapat dinaikkan menjadi 45 menit sementara sesi ditingkatkan menjadi lima kali dalam seminggu. Aktivitas yang direkomendasikan adalah yang bersifat aerobik, seperti jalan atau joging, renang, bersepeda, atau senam

Perubahan perilaku
Obesitas bukanlah kondisi yang terjadi tiba-tiba, melainkan dalam durasi yang panjang. Karenanya, diperlukan komitmen secara terus-menerus untuk melakukan perubahan terhadap gaya hidup yang dijalani

Obat
Obat sering kali diperlukan jika program pengaturan makan (terapi diet) dan aktivitas fisik belum berhasil mencapai target penurunan berat badan

Bariatrik
Jika cara pertama hingga keempat tidak berhasil, dapat dipertimbangkan (jika memenuhi syarat) untuk menjalani tindakan bedah bariatrik, yakni operasi pemotongan usus

Pengecekan Rutin Diabetes

Diabetes kerap disebut sebagai penyakit yang tenang tetapi menghanyutkan. Meski kadar gula meningkat, pada
awalnya, seseorang tidak merasakan gejala tertentu. Gejala seperti sering terbangun malam hari karena ingin buang air kecil, berat badan turun, dan terus merasa lapar meski sudah makan banyak, baru akan terjadi ketika kadar gula darah tinggi dalam kurun waktu yang cukup lama. 

"Pada kondisi ini, berarti sudah masuk dalam fase diabetes," kata dr Imam.

Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat membuat seseorang yang sudah berada pada fase diabetes menjadi sembuh. Sementara, jika diketahui pada fase pre-diabetes, dapat dikelola dan dikembalikan ke fase normal. Deteksi pada fase pre-diabetes dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Jadi, jangan tunggu sampai timbul gejala.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya