Kebijakan Baru Kemenkes, Kontak Serumah dengan Penderita TBC Harus Segera Lakukan Ini

Ilustrasi Batuk
Sumber :
  • freepik.com/jcomp

Jakarta, VIVA – Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih harus mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak termasuk pemerintah dan masyarakat karena angka kasusnya yang tinggi.

Bukan COVID-19 atau HMPV, Ternyata Ada Virus Ini yang Jauh Lebih Berbahaya Bagi Manusia

Berdasarkan data dari Global TB Report 2023, jumlah kasus TBC di Indonesia diperkirakan mencapai 1.060.000 kasus per tahun. Di tahun tersebut, diestimasi di dunia ini terjadi sekitar 10,8 juta orang sakit TBC dan 1 juta orang meninggal karenanya. Scroll untuk informasi selengkapnya!

Banyak upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan angka kasus TBC, termasuk upaya pencegahan yang sangat penting disadari dan dilakukan oleh semua masyarakat. Kementerian Kesehatan mengimbau tindak pencegahan ini terutama harus dilakukan pada orang yang berisiko tinggi terpapar TBC.

6 Cara Ampuh Terhindar dari Penyakit Diabetes, Mudah Dilakukan Tanpa Ribet!

"Pada pirinsipnya kita mengutamakan promotif preventif, mencegah orang-orang yang berisiko tinggi kena TB. Seperti kontak erat serumah dan beberapa penyakit tertentu seperti orang dengan HIV, diabetes mellitus, atau kurang gizi," ujar Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, dr. Ina Agustina Isturini, MKM, dalam media briefing secara daring, Selasa 21 Januari 2025.

Ilustrasi pasien TBC.

Photo :
  • Dokumentasi IPB
Penting Diketahui tentang HMPV, Waspada Penyebarannya Pada Anak dan Lansia

Dr. Ina Agustina menegaskan orang yang telah berkontak langsung dengan penderita TBC harus segera memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan tidak ada bakteri Mycobacterium tuberculosis yang aktif di dalam tubuhnya. Kemudian, nantinya orang tersebut harus mengonsumsi obat pencegah TBC.

"Ini tentu mereka harus diperiksa memastikan tidak ada TBC aktif dan kalau memang tidak ada TBC aktif, dia bisa minum obat pencegahan. Supaya penyakit TBC-nya nggak aktif," jelasnya. 

Adapun kebijakan baru dari Kementerian Kesehatan, khusus untuk orang yang berkontak langsung dengan penderita TBC dalam satu rumah, meskipun hasil pemeriksaan menyatakan negatif obat pencegahan harus tetap dikonsumsi dan mendapatkan terapi pencegahan TBC (TPT) yang harus diminum secara teratur.

"Namun khusus untuk kontak serumah ini ada kebijakan terbaru. Kontak serumah dia asal negatif saja sudah harus minum Terapi Pencegahan TBC atau TPT," katanya.

Hingga kini, pemerintah masih mengadakan riset terkait vaksin untuk pencegahan TBC yang diharapkan bisa membantu menekan angka kasus TBC yang kian meningkat. 

"Lalu ada riset vaksin untuk pencegahan, pelatihan, dan integrasi penemuan kasus aktif dengan pemberian terapi pencegahan TBC, terutama untuk kontak serumah," pungkasnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya