Kenali Penyakit Salpingitis Sejak Dini, IDI Cirebon Berikan Solusi Pengobatan

Ilustrasi salpingitis
Sumber :
  • korrawinj dari Freepik

VIVA – Menurut informasi dari idicirebon.org, salpingitis adalah peradangan pada tuba falopi yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini termasuk dalam kategori penyakit radang panggul (PID), dan jika tidak ditangani dengan benar, dapat menyebabkan komplikasi serius seperti infertilitas dan kehamilan ektopik.

Kenali Penyebab Radang Amandel, IDI Blambangan Umpu Berikan Solusi Pengobatan

IDI Kota Cirebon adalah organisasi sebagai wadah profesi bagi para dokter di Indonesia. Organisasi ini berperan penting dalam pengembangan profesi dokter, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, serta perlindungan hak-hak dokter di daerah tersebut.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Cirebon adalah dr. H. Muhammad Edial Sanif, Sp.JP, FIHA, FAsCC, FICA. Ia telah menjabat sebagai ketua sejak periode 2021-2024. Sebagai seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Edial Sanif berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan mendukung program kesehatan lainnya di Indonesia. Ia juga aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya kesehatan dan kewaspadaan terhadap praktik medis yang tidak sah.

Kenali Penyebab Diabetes Tipe 2, IDI Biak Numfor Berikan Solusi Pengobatan

IDI mempelajari salah satu penyakit yang dapat menyerang sebagian masyarakat Indonesia yaitu salpingitis. Apa saja faktor penyebab salpingitis serta obat yang tepat untuk mengatasi penyakit ini pada penderitanya.

Apa saja dampak kesehatan dari penyakit salpingitis?

IDI Biak Berikan Solusi Pengobatan Terkait Penyakit Eklampsia Pada Ibu Hamil

Dilansir dari laman https://idicirebon.org, penyakit salpingitis terjadi akibat beberapa faktor. Penyakit salpingitis adalah peradangan pada tuba falopi yang sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Berikut adalah dampak buruk terjadinya terjadinya salpingitis bagi kesehatan meliputi:

1. Infertilitas

Salpingitis dapat menyebabkan kerusakan permanen pada tuba falopi, yang mengakibatkan gangguan dalam proses reproduksi. Kerusakan ini dapat menghalangi pertemuan antara sel telur dan sperma, sehingga meningkatkan risiko infertilitas pada wanita yang mengalami kondisi ini.

2. Kehamilan Ektopik

Infeksi dan peradangan pada tuba falopi dapat menyebabkan penyumbatan atau kerusakan yang membuat sel telur yang dibuahi tidak dapat mencapai rahim. Hal ini meningkatkan risiko kehamilan ektopik, di mana embrio berkembang di luar rahim, biasanya di dalam tuba falopi, yang berpotensi mengancam nyawa.

3. Abses Tuboovarium

Salpingitis yang tidak diobati dapat menyebabkan pembentukan abses (kantung nanah) di dalam tuba falopi atau ovarium. Abses ini dapat menyebabkan nyeri hebat dan memerlukan pembedahan untuk mengeluarkannya.

4. Adanya Nyeri Panggul Kronis

Wanita dengan salpingitis sering mengalami nyeri panggul yang berkepanjangan, yang dapat menjadi masalah kesehatan jangka panjang dan memengaruhi kualitas hidup.

Apa saja obat yang direkomendasikan untuk penyakit salpingitis?

IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Cirebon telah merangkum beberapa obat yang dapat mengatasi penyakit ini. Untuk mengobati salpingitis, antibiotik biasanya digunakan untuk menghapus infeksi utama. Beberapa obat yang disarankan berdasarkan tingkat keparahan penyakit salpingitis meliputi:

1. Obat Ceftriaxone

Ceftriaxone adalah obat yang dapat dikonsumsi yang diresepkan oleh dokter dan digunakan untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri seperti gonore, meningitis, otitis media, sifilis, dan penyakit Lyme. Dokter akan memberi 250 mg intramuscular (IM) dosis tunggal.

2. Obat Doxycycline

Infeksi saluran napas, infeksi saluran kemih, acne vulgaris, penyakit menular seksual (chlamydia trachomatis), uretritis non gonococcal, chancroid, gonorea dan sifilis dapat diobati dengan doxycycline. Obat ini termasuk golongan antibiotik. Dosisnya adalah 100 mg per oral dua kali sehari selama 14 hari.

3. Terapi Suportif

Selain antibiotik, pasien juga mungkin memerlukan terapi suportif lainnya untuk mengatasi gejala yang muncul.

Pengobatan harus dilakukan di bawah pengawasan dokter, terutama jika terdapat komplikasi seperti abses atau jika pasien tidak menunjukkan perbaikan setelah pengobatan awal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya