Studi: Suhu Normal Tubuh Manusia Tak Lagi 36,6 Derajat Celcius
- Freepik/xb100
AS, VIVA – Banyak orang berpikir bahwa 36,6 derajat Celcius adalah suhu rata-rata orang yang sehat. Namun ternyata, sebenarnya tidak ada standar seperti itu. Sebuah studi baru dari Universitas Stanford, AS, yang dipublikasikan di JAMA Internal Medicine, mematahkan standar yang sudah ada sejak lama tersebut.
Studi yang dipimpin oleh Julie Parsonnet, seorang ahli penyakit menular, menemukan bahwa suhu rata-rata yang diterima secara umum yaitu 36,6 derajat Celcius, tidaklah benar. Lalu, berapa sebenarnya suhu normal manusia? Scroll untuk informasi selengkapnya!
Dokter Parsonnet dan timnya di Universitas Stanford menganalisis 618.306 pengukuran suhu oral dari pasien rawat jalan dewasa di Stanford Health Care, dari tahun 2008 hingga 2017. Bersamaan dengan itu, mereka juga mencatat waktu pengambilan, usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, obat-obatan dan kondisi kesehatan setiap pasien.
Temuan ini mengejutkan karena suhu tubuh manusia normal yang mereka ukur bervariasi, antara 36,2 dan 36,8 derajat Celcius. Penelitian ini kemudian menyimpulkan bahwa standar suhu tubuh normal yang sebelumnya dianggap terlalu tinggi.
“Kebanyakan orang, termasuk banyak dokter, masih berpikir bahwa suhu normal setiap orang adalah 98,6 F (36,6 derajat Celcius). Faktanya, dikatakan normal tergantung pada orang dan situasinya, dan jarang setinggi 98,6 F,” kata dr Parsonnet, dilansir Times of India, Selasa 31 Desember 2024.
Penurunan suhu tubuh rata-rata di AS, disinyalir karena tingkat metabolisme. Para peneliti mencatat bahwa penurunan peradangan di seluruh populasi dapat berkontribusi pada penurunan suhu tubuh ini.
“Peradangan menghasilkan semua jenis protein dan sitokin yang meningkatkan metabolisme Anda dan meningkatkan suhu Anda,” tambah Parsonnet.
Demikian pula, telah terjadi peningkatan dramatis dalam kesehatan masyarakat selama 200 tahun terakhir, berkat kemajuan dalam perawatan medis, tingkat kebersihan yang lebih baik, ketersediaan makanan yang besar dan peningkatan standar hidup.
“Secara fisiologis, kita hanya berbeda dari apa yang kita lakukan di masa lalu. Lingkungan tempat kita tinggal telah berubah, termasuk suhu di rumah kita, kontak kota dengan mikroorganisme dan makanan yang kita akses. Semua hal ini berarti meski kita menganggap manusia seolah-olah kita monomorfik dan telah sama untuk semua evolusi manusia, kita tidak sama. Kita benar-benar berubah secara fisiologis,” tutup Parsonnet.