Ini Cara Mengatasi Tantangan Imunisasi di Daerah dengan Akses Terbatas

Ilustrasi imunisasi.
Sumber :
  • Pixabay/dfuhlert

Jakarta, VIVA –Imunisasi adalah salah satu intervensi kesehatan masyarakat paling efektif untuk mencegah penyakit menular. Proses ini melibatkan pemberian vaksin kepada individu agar tubuh dapat membangun kekebalan terhadap penyakit tertentu.

Namun, meskipun manfaat imunisasi sudah terbukti, tantangan dalam akses dan penerimaannya masih menjadi perhatian, terutama di wilayah dengan masyarakat kurang terlayani. Scroll lebih lanjut ya.

Salah satu contoh inisiatif yang berhasil meningkatkan cakupan imunisasi adalah Program Imunisasi Inklusif Berbasis Sekolah yang diinisiasi oleh Jalin Foundation dengan dukungan Merck Foundation dan MSD Indonesia. Program ini menjangkau anak-anak usia sekolah dasar, termasuk mereka yang putus sekolah atau terlibat dalam pendidikan informal, di wilayah Kabupaten Bogor. Melalui upaya ini, 192.237 anak berhasil menerima imunisasi, dan 16.928 orang tua mendapatkan edukasi terkait manfaat imunisasi.

Imunisasi bukan hanya melindungi individu yang divaksinasi, tetapi juga menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity). Dengan mencegah penyebaran penyakit, imunisasi berkontribusi pada pengurangan angka kesakitan, kematian, dan beban ekonomi yang diakibatkan penyakit menular.  

Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou, menegaskan pentingnya kolaborasi dalam memperkuat sistem kesehatan. 

“Memperkuat sistem kesehatan melalui kolaborasi merupakan inti dari upaya kami untuk mewujudkan layanan kesehatan yang terjangkau, efisien, adil, dan berkelanjutan di tingkat lokal dan global. SHC merupakan bagian dari komitmen investasi sosial MSD secara global guna mendukung kesetaraan layanan kesehatan melalui filantropi, kolaborasi strategis, dan investasi berdampak,” ujarnya.  

Namun, meskipun manfaat imunisasi sudah terbukti, tantangan seperti keraguan terhadap vaksin (vaccine hesitancy), kurangnya akses layanan kesehatan, dan informasi yang salah (hoaks) masih menjadi hambatan di berbagai komunitas. Oleh karena itu, pendekatan terintegrasi seperti yang dilakukan dalam program ini sangat penting.

Waspada! Ini Efek Samping Terlalu Sering Begadang bagi Kesehatan Tubuh

“Kampanye media sosial dan kegiatan edukasi oleh agen perubahan memberikan informasi tentang vaksin serta melawan hoaks dan keraguan," kata Dian Rosdiana, Direktur Eksekutif Jalin Foundation.

Penghargaan Indonesia Corporate Sustainability Initiatives 2024

Photo :
  • ist
35 Ide Resolusi Tahun Baru 2025, Mulai dari Kesehatan hingga Karier

Kabupaten Bogor menjadi wilayah yang menunjukkan kebutuhan akan pendekatan inovatif dalam imunisasi. Dengan jumlah siswa sekolah dasar terbesar di Jawa Barat, wilayah ini memiliki tantangan khusus, seperti anak-anak putus sekolah dan kurangnya kesadaran akan pentingnya vaksinasi di komunitas pendidikan informal seperti pondok pesantren dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). 

Melalui program ini, cakupan imunisasi BIAS meningkat 8,98% di 10 Puskesmas lokus dan berhasil menjangkau 3,5 juta pengguna media sosial. 
“Koordinasi lintas sektor, pelatihan tenaga kesehatan, dan dukungan pendanaan seperti yang dilakukan MSD menjadi kunci keberhasilan percepatan imunisasi untuk masyarakat yang kurang terlayani,” ujar Dian.

WHO Sebut Upaya Pertahankan Sistem Kesehatan di Gaza Sia-sia karena Serangan Israel

Keberhasilan program ini mencerminkan pentingnya dukungan dari berbagai pihak untuk memastikan setiap anak mendapatkan hak dasar mereka terhadap kesehatan. “Melalui inisiatif ini, MSD memperkuat komitmen untuk menghadirkan solusi kesehatan yang inklusif dan berdampak positif bagi masyarakat global, termasuk di Indonesia,” tambah George Stylianou.
 

Ilustrasi rokok

Penyakit Akibat Rokok Diusulkan Tidak Ditanggung BPJS Mulai Tahun 2025, Warganet Heboh!

Belum lama ini pemerintah mengusulkan mengenai tidak ditanggungnya penyakit akibat rokok oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mulai tahun 2025.

img_title
VIVA.co.id
3 Januari 2025