Kenali Penyebab Diare, IDI Kabupaten Boyolali Berikan Informasi Pengobatan
- nattanunkhankaew dari Freepik
VIVA – Menurut informasi dari idikabboyolali.org, salah satu penyakit paling umum terjadi bagi anak-anak dan orang dewasa adalah diare. Mungkin sebagian orang menganggap bahwa penyakit ini tidak berbahaya, padahal gejala diare dapat menimbulkan berbagai penyakit lainnya. Menurut Riskesdas (2024), jumlah kasus diare tertinggi terjadi pada anak sekolah (usia 5-14 tahun), mencapai 6,2%. Selain itu diare merupakan penyebab kedua terbesar kematian anak di Indonesia.
IDI adalah singkatan dari Ikatan Dokter Indonesia. Organisasi ini merupakan wadah profesi bagi para dokter di Indonesia, didirikan pada tanggal 24 Oktober 1950. IDI Kabupaten Boyolali merupakan cabang dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang berfungsi sebagai organisasi profesi bagi dokter di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, mendukung pengembangan profesi kedokteran, serta memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kesehatan. IDI Kabupaten Boyolali berperan dalam mengorganisir dokter-dokter yang berpraktik di daerah tersebut, memberikan pelatihan dan pendidikan, serta melakukan advokasi untuk kepentingan anggota dan masyarakat.
IDI Kabupaten Boyolali juga melakukan survei dan edukasi kesehatan pada masyarakat sekitar wilayah Boyolali. Kemudian melakukan penelitian lanjutan terkait penyakit diare, apa saja faktor penyebab diare serta obat yang dapat direkomendasikan bagi penderitanya.
Apa saja faktor dan penyebab terjadinya diare?
Dilansir dari laman https://idikabboyolali.org, diare dapat terjadi bagi siapa saja. Penyakit diare tidak mengenal umur, sehingga penting bagi Anda untuk tetap menjaga kesehatan dan pola makan hidup yang sehat. Berikut adalah beberapa faktor utama penyebab terjadi diare meliputi:
1. Infeksi karena virus serta bakteri
Diare umumnya disebabkan oleh virus seperti rotavirus dan norovirus, terutama pada anak-anak. Bakteri yang menyebabkan infeksi ini seringkali bersifat akut dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Kemudian, bakteri seperti Escherichia coli, Salmonella, Campylobacter, dan Shigella dapat menyebabkan diare, yang biasanya terjadi setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang tercemar.
2. Intoleransi terhadap makanan
Setelah mengonsumsi produk susu, sebagian orang mungkin tidak dapat mencerna laktosa, yang merupakan gula dalam susu, dapat mengalami diare. Beberapa orang juga tidak dapat mencerna fruktosa dengan baik, yang dapat menyebabkan gejala gastrointestinal, termasuk diare.
3. Alergi terhadap makanan
Alergi adalah reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap zat asing yang disebut alergen. Diare adalah salah satu gejala reaksi alergi terhadap makanan tertentu, yang biasanya muncul dalam waktu singkat setelah mengonsumsi makanan pemicu.
4. Adanya indikasi penyakit radang usus
Peradangan di usus, yang sering kali disertai dengan diare kronis, dapat disebabkan oleh penyakit seperti penyakit crohn dan kolitis ulseratif. Jika Anda mengalami gejala diare yang parah atau berkepanjangan, penting untuk mendapatkan bantuan medis untuk diagnosis dan penanganan yang tepat karena diare adalah kondisi umum yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Apa saja obat yang direkomendasikan untuk mengobati diare?
IDI Kabupaten Boyolali telah melakukan penelitian lanjutan terkait penyakit diare. Berikut adalah beberapa obat yang dapat dikonsumsi bagi anak-anak maupun orang dewasa meliputi:
1. Oralit
Salah satu obat adalah oralit, yang terbuat dari air, gula, dan garam (potassium dan sodium). Oralit biasanya digunakan untuk menyembuhkan diare karena menghilangkan cairan tubuh yang berlebihan melalui muntah dan feses. Selain itu, oralit memiliki banyak manfaat lain untuk tubuh.
2. Daryazinc Drops
Daryazinc mengandung zinc yang digunakan untuk mengobati diare pada anak. Ini juga membantu anak mengisi kembali cairannya dan mencegah mereka dehidrasi.
3. Diatabs
Obat ini mengandung attapulgite yang berfungsi menyerap racun dan bakteri penyebab diare. Dosisnya adalah 2 tablet setelah buang air besar, dengan maksimum 12 tablet per hari.
Penggunaan obat-obatan ini sebaiknya dilakukan sesuai dengan petunjuk dokter, terutama untuk antibiotik dan obat keras lainnya. Selain itu, menjaga hidrasi dengan minum banyak cairan sangat penting saat mengalami diare.