Cakupan Imunisasi BIAS hingga Awal Desember 2024 Belum Capai Target
- Pixabay/dfuhlert
Jakarta, VIVA – Meskipun imunisasi merupakan bagian integral dari kebijakan kesehatan nasional, Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam mencapai cakupan yang optimal. Data Kementerian Kesehatan menyebut masih ada sekitar 240.000 anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
Beberapa imunisasi dasar lengkap program pemerintah sendiri antara lain campak-rubella, difteri, tetanus dan kanker serviks Padahal, imunisasi yang lengkap dan tepat dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit berbahaya yang bisa dicegah seperti campak, rubela, tetanus, difteri, dan kanker leher rahim (HPV).
"Data hingga minggu pertama Desember 2024 cakupan vaksin campak-rubella itu di 88,85 persen. Padahal target cakupan setiap jenis imunisasi BIAS itu 95 persen. Jawa Barat sudah mencapai dan salah satunya di Kabupaten Bogor," kata Ketua Tim Kerja Imunisasi Usia Sekolah dan Sumber Daya, Direktorat Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr. Lily Banonah, M.Epid dalam acara Diseminasi Hasil dan Pembelajaran Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di kawasan SCBD Jakarta Pusat, Kamis 19 Desember 2024.
Sementara itu, data cakupan vaksin DT alias difteri dan tetanus untuk siswa kelas 1 SD/MI dan vaksin Td alias Tetanus dan Diftri untuk siswa kelas 2 dan 5 SD/MI di tahun 2024 juga belum mencapai target. Sementara itu, untuk vaksin HPV dosis 1 dikelas 5 dan dosis 2 di kelas 6 secara nasional sudah mencakup 74,7 persen.
"Vaksin HPV di provinsi Jawa Tengah Jawa Barat, D.I Yogyakarta dan Bali sudah mencapai target (95 persen)," samhung dia.
Di sisi lain, Lily mengungkap ada beberapa masalah dan tantangan di kalangan masyarakat hingga membuat cakupan imunisasi BIAS di tahun 2024 ini belum mencapai target. Diantaranya rendahnya pemahaman akan pentingnya imunisasi, misinformasi atau hoaks yang beredar, serta pelacakan anak-anak yang membutuhkan imunisasi secara akurat masih menjadi tantangan yang perlu diselesaikan bersama.
"Masih banyak yang belum paham mengenai imunisasi BIAS, karena belum paham jadi merasa belum butuh vaksin. Kemudian sekolah menyerahkan keputusan imunisasi ke orangtua, padahal imunisasi ini program mestinya tidak buak untuk infrom concern, ini kan semua sekolah. Kemudian adanya misinformasi hoax tentang vaksin hingga petugas yang belum optimal dalam mengomunikasikan kepada orang tua dan sekolah tentang jenis dan manfaat vaksin itu sendiri," kata dia.
Sementara itu, Ketua Tim Kerja Strategi Komunikasi Informasi dan Edukasi Kesehatan, Dhefi Ratnawati, S.Gz, M.K.M, mengungkap imunisasi merupakan salah satu program utama penguatan upaya preventif di layanan primer yang menjadi fokus utama Kemenkes saat ini.
"Untuk mendukung capaian imunisasi yang maksimal, tiga strategi penyebarluasan informasi promosi kesehatan terus dilakukan, yaitu dengan mendorong terciptanya perubahan perilaku yang menjadi kebiasaan (habit), meningkatkan permintaan layanan imunisasi, serta menciptakan lingkungan yang lebih kondusif," kata Dhefi.
Sebagai upaya kolaboratif yang bertujuan untuk mendukung peningkatan capaian program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di Kabupaten Bogor, Jalin Foundation bersama Kementerian Kesehatan, dan Dinas Kesehatan Kab. Bogor menginisiasi kampanye #ImunisasiItuBaik dan #ImunisasiPasti.
Kampanye ini berfokus pada akses imunisasi kepada anak usia 7-12 tahun, baik yang berada di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Kegiatan ini berfokus pada 3 pendekatan penting. Pertama keterlibatan masyarakat, dalam program ini setidaknya lebih dari 20 ribu individu yang terlibat dalam 535 sesi edukasi yang dilakukan oleh agen perubahan, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam program BIAS.
Kedua, pemanfaatan media sosial, yang mana menggunakan platform Instagram untuk menyebarkan informasi, menekankan urgensi, melawan hoaks, serta meningkatkan partisipasi dalam program imunisasi.
Selain memanfaatkan platform media sosial yang dimiliki oleh Jalin Foundation, kolaborasi dengan media sosial terkemuka yang berfokus pada topik-topik kesehatan, juga dilakukan untuk memperluas jangkauan dan keterlibatan langsung masyarakat.
Ketiga kerja sama lintas sektoral, dalam hal ini berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menjangkau anak-anak di luar sekolah formal, memastikan pendekatan yang komprehensif dan inklusif.
Executive Director Jalin Foundation Dian Rosdiana mengungkap implementasi pendekatan tersebut terutama di Kabupaten Bogor ternyata memiliki 3 dampak penting.
Pertama kata Dian, peningkatan partisipasi imunisasi. Cakupan imunisasi BIAS Kabupaten Bogor per 11 Agustus 2024 dan akan terus diupdate sendiri telah mencapai 149.703 partisipan, atau lebih tinggi dari tahun 2023. Dengan kenaikan pada puskesmas lokus (lokasi fokus) sebesar 11,04 persen.
Kedua, dapat menjangkau Anak di luar sekolah formal, yang mana melibatkan anak-anak putus sekolah dan siswa sekolah agama. Ketiga perubahan kebijakan di tingkat lokal, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor telah mengadopsi pendekatan program ini, menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan dan perluasan cakupan imunisasi.