IDI Praya Ungkap 4 Penyebab Utama Epilepsi dan Obat untuk Mencegahnya

Ilustrasi pusing galbay pinjol.
Sumber :
  • Halomoney

Lombok, VIVA – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kecamatan Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat menyampaikan, salah satu penyakit yang dianggap cukup berbahaya bagi kesehatan adalah epilepsi.

Mengenal Derma Roller dan Pentingnya Memilih Dokter Kecantikan yang Kompeten

Penyakit tersebut ditandai dengan gejala kejang berulang yang disebabkan oleh pelepasan impuls listrik yang tidak normal di otak. 

IDI Praya meneliti lebih lanjut mengenai penyakit epilepsi yang sering menyerang dan mengganggu kesehatan masyarakat Indonesia. Beberapa cara dan rekomendasi obat yang tepat bagi para penderitanya.

Menguak Fakta Penyakit Epilepsi, Ada Cara Modern untuk Penyembuhannya

Ilustrasi anemia, putus asa, pusing

Photo :
  • Pixabay/ Counselling

Lantas, apa saja penyebab terjadinya penyakit epilepsi?

Kondisi 2 Anak di Cilincing yang Dianiaya Ibu Tiri Saat Ditemukan Sangat Memprihatinkan

Mengutip laman idipraya.org, Selasa 17 Desember 2024, penyakit epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk genetik, trauma kepala, infeksi otak, gangguan sistem imun, masalah tumbuh kembang anak, gangguan metabolisme, dan masalah pembuluh darah di otak. 

Berikut adalah penyebab terjadinya penyakit epilepsi meliputi:

1. Faktor genetik atau riwayat keluarga

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan epilepsi adalah riwayat keluarga atau keturunan. Faktor genetik juga dapat berperan. Risiko terkena epilepsi dapat meningkat karena mutasi gen yang diwariskan dari orang tua, terutama jika ada riwayat keluarga epilepsi.

2. Adanya cedera di kepala

Ketika kepala mengalami cedera fisik, seperti kecelakaan kendaraan atau jatuh, kerusakan yang dapat menyebabkan kejang dapat terjadi pada otak. Cedera kepala bertanggung jawab atas 15% dan 35% kasus epilepsi pada orang dewasa dan anak-anak.

Ilustrasi stres/sakit kepala/pusing.

Photo :
  • Freepik/freepik

3. Terjadinya infeksi pada otak

Selain faktor keturunan atau genetik. Infeksi otak seperti meningitis atau ensefalitis herpes simplex dapat menyebabkan kejang dan meningkatkan risiko epilepsi, yang dapat menyebabkan epilepsi.

4. Adanya gangguan perkembangan

Kelainan perkembangan atau masalah perkembangan yang mempengaruhi otak, seperti cerebral palsy, dapat meningkatkan risiko epilepsi. Untuk diagnosis dan pengobatan yang efektif epilepsi, pengetahuan tentang penyebabnya sangat penting. Banyak kasus yang penyebabnya tidak diketahui, tetapi faktor risiko lainnya masih dapat dikontrol dengan cara pencegahan.

Apa saja obat yang direkomendasikan untuk mengobati epilepsi?

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Praya menyampaikan, terdapat beberapa obat yang bisa meringankan gejala epilepsi. Adapun beberapa orang yang bisa di konsumsi meliputi:

1. Obat Tegretol

Tegretol mencegah dan mengontrol kejang akibat epilepsi dengan menghentikan aktivitas listrik yang tidak normal di otak. Dosis umumnya adalah satu tablet dua kali sehari. Anda dapat meningkatkan dosis hingga dua tablet hingga dua hingga tiga kali sehari.

Ilustrasi beli obat bisa lewat layanan telefarmasi.

Photo :
  • vstory

2. Obat Asam Valproat

Asam valproat adalah obat yang digunakan untuk mengobati kejang yang disebabkan oleh epilepsi dan gangguan bipolar. Ini dapat digunakan secara mandiri atau dikombinasikan dengan obat antikonvulsan lainnya. Anda harus mendapatkan resep untuk obat ini dari dokter Anda.

3. Obat Topiramate (Topamax)

Obat ini bermanfaat untuk mengatasi kejang pada orang dewasa dan anak usia lebih dari 2 tahun. Dosis awal adalah setengah sampai satu tablet setiap malam, dengan peningkatan dosis setelah jeda.

Obat-obatan ini hanya boleh digunakan atas resep dokter dan perlu pemantauan berkala untuk menyesuaikan dosis dan memantau efek samping. Jika mengalami efek samping serius atau jika kejang tidak terkontrol, penting untuk segera berkonsultasi dengan tenaga medis.

Ilustrasi kanker payudara.

Tips dari IDI Bandung Barat untuk Atasi Mastitis dengan Cepat dan Aman

 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bandung Barat menyampaikan, mastitis merupakan penyakit yang umum diderita wanita.

img_title
VIVA.co.id
17 Desember 2024