Jangan Anggap Remeh Batuk Kronis, Bisa Jadi Sinyal Bahaya Kanker Paru-Paru
- freepik.com/jcomp
Jakarta, VIVA – Kanker paru-paru menempati peringkat tertinggi sebagai jenis kanker paling banyak diderita di Indonesia maupun dunia. Mayoritas penderitanya adalah laki-laki, terutama mereka yang terpapar asap rokok, baik sebagai perokok aktif maupun pasif. Ironisnya, kanker ini sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, sehingga banyak kasus baru terdeteksi ketika telah memasuki stadium lanjut. Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat, pada Minggu, 01 Desember 2024, Yayasan Kanker Indonesia menggelar Talkshow Run for Healthy Lungs di Pintu 6 Gelora Bung Karno, Jakarta, untuk memberikan edukasi tentang pentingnya deteksi dini kanker paru-paru.
Ketua Bidang Ilmiah Yayasan Kanker Indonesia, Prof. dr. Elisna Syahruddin, Ph.D., Sp.P(K), yang juga merupakan Guru Besar dalam bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, menjelaskan bahwa kanker paru-paru sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. "Paru-paru itu luas, sehingga ketika terkena tumor kecil, tidak ada gejalanya," ungkapnya.
Gejala kanker paru-paru sering kali tidak spesifik dan baru terlihat saat penyakit sudah berkembang jauh. "Kanker paru-paru itu prosesnya panjang. Misalnya, setelah skrining ditemukan ukuran tumor 1 cm saja, itu bisa jadi sudah ada sejak 10 tahun lalu," jelas Prof. Elisna.
Beberapa gejala lanjut yang perlu diwaspadai meliputi:
- Batuk berkepanjangan yang tidak kunjung sembuh meski telah diobati.
- Sesak napas, akibat tumor yang menghalangi saluran pernapasan atau kolapsnya paru-paru karena adanya cairan.
- Nyeri dada, yang muncul karena penyebaran tumor atau iritasi di area paru-paru.
“Apabila gejala sudah terlihat, biasanya tumornya sudah besar atau bahkan menyebar ke organ lain, seperti kepala, tulang, atau membentuk cairan di paru-paru,” tambahnya.
Prof. Elisna menekankan pentingnya melakukan skrining untuk mendeteksi risiko kanker paru-paru sejak dini. Jika terdeteksi lebih awal, langkah pengobatan seperti terapi dapat memberikan hasil yang jauh lebih baik. "Setiap orang punya risiko, jadi jangan abaikan. Skrining adalah langkah penting untuk mengetahui kondisi kesehatan paru-paru Anda," ujarnya.
Menjaga kesehatan paru-paru bukan hal yang sulit. Aktivitas fisik seperti lari rutin sangat dianjurkan untuk menjaga fungsi paru-paru. Namun, jika lari terasa berat, olahraga ringan seperti jalan kaki juga bisa menjadi pilihan. "Minimal lakukan aktivitas fisik selama 30 menit, lima hari dalam seminggu. Misalnya jalan kaki, yang penting jangan berhenti selama 30 menit," kata Prof. Elisna.
Di tengah tingginya angka kasus kanker paru-paru, edukasi kepada masyarakat menjadi hal yang krusial. Prof. Elisna mengingatkan bahwa langkah pertama dalam menghadapi penyakit ini adalah berani menerima kenyataan. "Jangan takut menerima kenyataan. Kalau sakit, ya diobati. BPJS bisa membantu mengurangi biaya yang mahal," pesannya.
Ia juga mengimbau agar masyarakat tidak melakukan diagnosa sendiri tanpa konsultasi ke dokter, karena hal tersebut dapat memperburuk kondisi.