Musim Hujan Tiba Waspada DBD! Ini Usia yang Paling Rentan Terhadap Kematian Akibat Dengue
- VIVA.co.id/Andrew Tito
Medan, VIVA – Memasuki musim hujan, ancaman dengue semakin nyata. Walaupun penyebaran virus dengue di daerah tropis dan subtropis terjadi sepanjang tahun, namun tingginya curah hujan dapat memengaruhi siklus hidup nyamuk atau tingkat replikasi virus karena jumlah hari hujan yang tinggi umumnya mendukung perkembangan nyamuk.
Data Kementerian Kesehatan RI mencatat, sampai dengan minggu ke-46 tahun 2024, terdapat 218.356 kasus dengue di Indonesia, dengan kematian 1.259 kasus. Scroll untuk informasi selengkapnya!
Sementara itu, kasus dengue di Provinsi Sumatera Utara, masuk ke dalam 10 besar kasus tertinggi di Indonesia dengan 7.761 kasus; serta 5 daerah dengan kematian tertinggi sebanyak 52 kasus, setelah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Kementerian Kesehatan RI, dr. Ina Agustina Isturini, MKM., menyampaikan, dengue masih menjadi tantangan besar di Indonesia.
“Pekerjaan rumah (PR) kita masih banyak untuk memberantas dengue dan mencapai tujuan bersama ‘nol kematian akibat dengue pada tahun 2030’, sebagaimana dicanangkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui The Global Strategy for Dengue Prevention and Control 2012-2020 dan A Road Map for Neglected Tropical Diseases (NTDs) 2021-2030,” ujar dr Ina di acara Langkah Bersama Cegah DBD yang digelar Takeda di Medan, mengutip keterangannya, Senin 2 Desember 2024.
Pemerintah sendiri telah menetapkan Strategi Nasional Penanganan Dengue 2021-2025 untuk menekan angka kasus. Namun, keberhasilan strategi ini tidak semata-mata bergantung pada upaya pemerintah saja, tetapi juga membutuhkan keterlibatan aktif masyarakat.
“Langkah-langkah seperti menjaga penerapan 3M Plus yang konsisten, serta melengkapi perlindungan dengan vaksinasi adalah bagian dari pendekatan menyeluruh untuk mencegah dengue. Apalagi saat ini kita mulai menghadapi musim penghujan, di mana kasus kejadian dengue biasanya mulai mengalami peningkatan,” tuturnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, H. Muhammad Faisal Hasrimy, AP, M.AP., menyoroti tingginya kasus infeksi dengue saat ini.
“Saat ini kita sudah memasuki musim penghujan, di mana puncaknya akan banyak terjadi pada bulan November sampai Desember. Hal ini meningkatkan risiko penularan virus dengue secara signifikan,” katanya.
Muhammad Faisal mengungkap, tahun 2024 sampai dengan 28 November, tercatat 7.994 kasus dengue di Sumatera Utara dengan 52 kematian. Kasus tertinggi terjadi Kab Karo, Kota Medan, Kab Deliserdang dan Kab Nias Selatan. Kasus dengue tersebut dapat diperkirakan mengalami peningkatan 100 persen terhadap kasus dengue tahun 2023 (4.687 kasus dengan kematian 24 orang).
“Dalam upaya menekan angka kasus tersebut, kami berkoordinasi dengan pemerintah pusat (Kementerian Kesehatan RI) untuk memastikan setiap strategi pencegahan dan penanggulangan dengue diimplementasikan secara efektif. Komitmen ini mencerminkan keselarasan yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah untuk melindungi masyarakat dari ancaman dengue,” ungkapnya.
Menurut Muhammad Faisal, keberhasilan dalam memerangi dengue akan dapat dicapai apabila terjalin kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, serta seluruh lapisan masyarakat.
“Kami akan terus mengingatkan seluruh masyarakat agar aktif dalam pencegahan melalui penerapan 3M Plus yang konsisten seperti menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, mendaur ulang barang-barang bekas, serta ‘Plus’-nya mencegah perkembangbiakan nyamuk,” jelasnya.
“Bisa dengan cara menanam tanaman yang dapat menangkal nyamuk, memeriksa tempat-tempat penampungan air, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan
ventilasi, menggunakan kelambu saat tidur, mengenakan pakaian lengan panjang, dan lain sebagainya. Pencegahan harus dimulai dari lingkup terkecil, yaitu diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar,” tambahnya.
Selain itu, masyarakat juga bisa mempertimbangkan pencegahan inovatif seperti vaksinasi sebagai bagian dari pendekatan yang lebih komprehensif.
“Dengan upaya bersama dan kesadaran masyarakat yang tinggi, kami yakin angka kasus dengue di Sumatera Utara dapat ditekan. Mari cegah wabah dengue sebelum menyerang, karena pencegahan adalah langkah nyata untuk melindungi keluarga dan komunitas kita dari ancaman virus dengue,” tutup Muhammad Faisal.
Spesialis Anak, dr. Dewi Sari, SpA, mengungkap, dalam tiga tahun terakhir, angka kasus dengue tertinggi terjadi pada kelompok usia produktif, atau 15 – 44 tahun. Sedangkan, yang paling rentan terhadap kematian akibat dengue dalam tujuh tahun terakhir adalah kelompok usia 5-14 tahun.
“Ini menjadi pengingat bahwa pencegahan tidak bisa ditunda dan harus dimulai dari sekarang. Apalagi dengue bisa menjangkit seseorang lebih dari satu kali. Jadi, sudah pernah terkena dengue, tidak membuat kita kebal terhadap virusnya. Karena virus dengue terdiri dari empat serotipe, di mana terjangkit satu serotipe masi bisa terjangkit serotipe yang lain, dan biasanya infeksi berikutnya berisiko lebih berat,” paparnya.
Dokter Dewi menambahkan, selain menerapkan 3M Plus, metode pencegahan inovatif seperti vaksinasi dapat memberikan tambahan perlindungan kepada keluarga. Saat ini vaksinasi dengue telah direkomendasikan oleh asosiasi medis seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bagi anak usia 6-18 tahun; oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bagi usia 19-45 tahun; dan Perhimpunan Dokter Okupasi Indonesia (PERDOKI) bagi para pekerja di daerah endemik atau bepergian ke daerah endemik.
“Namun demikian, vaksinasi perlu diberikan secara lengkap atau untuk anak-anak, mengikuti pedoman vaksinasi yang dikeluarkan oleh IDAI untuk memberikan perlindungan yang optimal,” pungkasnya.
Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menegaskan pentingnya kolaborasi dalam memerangi dengue dan menyampaikan keprihatinannya terhadap dampak yang ditimbulkan oleh penyakit ini.
“Dengue menimbulkan beban yang besar, baik bagi pasien, keluarga mereka, maupun negara. Setiap jiwa yang menjadi korban adalah sebuah tragedi yang seharusnya dapat dicegah, dan setiap kasus adalah pengingat bahwa kita harus berbuat lebih banyak. Langkah Bersama Cegah DBD adalah sebuah panggilan bagi kita semua untuk bertanggung jawab, proaktif, dan bersatu dalam memerangi dengue,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, publik figur, Indra Jegel, menyampaikan kepeduliannya terhadap dampak demam berdarah dengue (DBD) pada pasien dan keluarganya.
“Sebagai seseorang yang juga memiliki keluarga, saya dapat merasakan bagaimana dengue tidak hanya memengaruhi kesehatan pasien tetapi juga berdampak besar pada keluarga mereka, baik secara fisik, emosional, maupun finansial,” ungkapnya.
Indra pun menyadari bahwa penyakit ini bisa menyerang siapa saja, dan tidak ada yang ingin melihat orang yang mereka cintai menderita karena dengue.
“Terutama di musim hujan seperti sekarang ini, kita semua harus lebih waspada. Kita harus mengambil langkah pencegahan sekarang, sekecil apa pun itu, untuk melindungi diri sendiri dan keluarga. Mulai dari menerapkan 3M Plus, menjaga kebersihan lingkungan, hingga memanfaatkan inovasi pencegahan yang ada. Tidak ada langkah yang terlalu kecil, karena setiap tindakan yang kita ambil hari ini adalah investasi untuk kesehatan keluarga kita di masa yang akan datang,” tutupnya.