Biaya Tersembunyi Diabetes Tipe 2 Bisa Jadi Beban Finansial Berat
- People
Jakarta, VIVA – Survei terbaru menunjukkan dampak finansial signifikan bagi mereka yang hidup dengan diabetes tipe 2 di Asia. Penelitian ini menyoroti tingginya biaya kesehatan yang dihadapi oleh para penderita.
Penelitian ini, yang dilakukan oleh Sun Life, memaparkan kondisi 3.647 responden di enam negara Asia, termasuk Indonesia, terkait kesadaran mereka mengenai faktor risiko diabetes, pengobatan, dan pencegahannya.
Diabetes telah menjadi masalah global dengan lebih dari 540 juta orang terdiagnosis secara global, dan lebih dari 90 juta di Asia Tenggara. Jumlah tersebut diproyeksikan mencapai 152 juta pada 2045.
Menurut penelitian, sekitar 37 persen penderita diabetes di Indonesia mengalami dampak finansial parah atau signifikan akibat diabetes tipe 2, dengan 81 persen di antaranya menyatakan kesulitan untuk terus membiayai pengobatan.
Sementara itu, lebih dari 74 persen masyarakat non-diabetesi juga mengungkapkan kekhawatiran besar terhadap biaya yang bisa timbul jika terdiagnosis diabetes tipe 2.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan tingginya biaya adalah kurangnya edukasi mengenai pencegahan. Steven Ho, AVP, Direktur Medis Sun Life, menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap faktor risiko diabetes tipe 2.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa sangat penting untuk menangani kesenjangan pengetahuan yang signifikan tentang diabetes, faktor risikonya, serta pentingnya diagnosis dini dan pencegahan," kata Ho seperti dikutip dari siaran pers, Kamis, 14 November 2024.
"Dengan meningkatkan kesadaran dan membongkar mitos umum, kita dapat memberdayakan individu untuk membuat pilihan kesehatan yang lebih baik," ujarnya.
Selain itu, survei menemukan bahwa meski banyak penderita diabetes yang percaya kondisi mereka bisa dikendalikan, hanya sedikit yang secara aktif mencoba mengubah gaya hidup untuk mencapai remisi.
Data menunjukkan, dari para diabetesi di Indonesia yang mengetahui peluang remisi, hanya sebagian kecil yang yakin bisa mencapainya dalam setahun. Penelitian ini turut menyoroti urgensi perbaikan akses terhadap edukasi dan perawatan yang lebih terjangkau, sehingga masyarakat dapat mengambil langkah lebih awal untuk mencegah dan mengelola diabetes tipe 2 tanpa harus terbebani biaya kesehatan yang berat.