Kisah Inspiratif Della Rahmawati, Usung Inovasi Pangan untuk Masa Depan Gizi Indonesia

Della Rahmawati di L'Oréal-Unesco For Women In Science National Fellowship 2024
Sumber :
  • VIVA/Ega Shepiani

Jakarta, VIVA – Della Rahmawati, S. Si, M. Si, PhD, seorang dosen di Jurusan Teknologi Pangan di Universitas Swiss German (SGU), berhasil meraih pendanaan dari program L'Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS) 2024. Bersama tiga peneliti lainnya, Della memenangkan pendanaan sebesar Rp100 juta untuk mengembangkan penelitian inovatifnya tentang Kelakai-Tempe Nori.

Penelitian ini memanfaatkan daun kelakai dan bubuk tempe non-kedelai matang sebagai bahan utama taburan nori guna meningkatkan gizi ibu hamil dan anak-anak. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Keberhasilan ini menjadi puncak dari perjalanan panjang Della di dunia penelitian pangan, di mana ia konsisten mengeksplorasi bahan-bahan alami Indonesia untuk dikembangkan menjadi produk kaya nutrisi.

“Apa yang mendorong aku, sebetulnya karena aku sudah lama meneliti. L'Oreal ini menurut saya merupakan salah satu award yang prestis. Saya pengen penelitian ini bermanfaat bagi banyak orang,” ujar Della dalam acara L'Oréal-Unesco For Women In Science National Fellowship 2024 Award Ceremony pada 10 November 2024 di Golden Ballroom, The Sultan Hotel.

Melalui penelitian ini, Della berharap dapat menghadirkan produk yang mudah dikonsumsi namun penuh nutrisi, khususnya bagi ibu hamil dan anak-anak, yang kerap mengalami masalah gizi di Indonesia.

Sejak tahun 2015 Della Rahmawati menjadi seorang dosen di Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Swiss German (SGU). Lulus S1 dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di bidang Kimia, Della melanjutkan S2 di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan beasiswa unggulan DIKTI untuk calon dosen, dan juga menerima beasiswa JASSO dari pemerintah Jepang untuk mengikuti program riset di Hokkaido University.

Aktif di bidang penelitian pangan, Della berfokus pada pemanfaatan bahan alami Indonesia, seperti tanaman kelakai dari Palangkaraya. Penelitian ini dilakukan bersama kolaborator dari SGU, DIKTI, dan peneliti dari Hokkaido University, dengan dukungan pendanaan swasta dari Jepang (Heiwa Nakajima).

Pada 2019, ia melanjutkan studi doktoral di Osaka University, Jepang, dengan fokus pada metabolomik tempe non-kedelai, dan melanjutkan sebagai peneliti post-doktoral hingga 2023.

Keinginan untuk mengaplikasikan hasil penelitiannya agar bermanfaat bagi masyarakat luas menjadi motivasi utama Della dalam memenangkan pendanaan FWIS 2024 ini.

“Alhamdulillah penelitiannya didanai, diapresiasi. Semoga mimpi saya jadi terwujud, bukan hanya berhenti di penelitian, tapi bisa bermanfaat menjadi produk,” ucap Della.

Della menghadapi berbagai tantangan sebagai seorang akademisi dan peneliti, terutama dalam menjalankan peran ganda sebagai ibu dan dosen.

Ia menyadari pentingnya keseimbangan antara tanggung jawabnya di rumah dan di tempat kerja. Bagi Della, peran sebagai ibu tetap menjadi prioritas, meskipun karier penelitiannya menuntut banyak perhatian.

"Tantangan yang saya hadapi, karena saya juga seorang ibu, adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara peran saya sebagai ibu, peneliti, dan dosen. Saya selalu merasa bahwa peran utama saya adalah sebagai ibu. Tantangannya adalah bagaimana saya bisa tetap menjalankan tugas di rumah dengan baik, karena setelah itu saya merasa lebih semangat untuk menjalani peran saya sebagai peneliti dan dosen," ungkapnya.

Meski kadang merasa lelah, motivasi terbesar Della berasal dari anak-anaknya yang menjadi sumber dukungan dan inspirasi dalam mengembangkan produk untuk gizi anak-anak.

Makin Praktis, Ini Inovasi Alat Masak yang Jadi Andalan Chef Arnold

“Melihat anak-anak sehat dan ceria memberikan saya motivasi dan kepastian bahwa apa yang saya lakukan sudah di jalur yang benar. Anak-anak adalah support system terbesar saya, jadi saya selalu fokus pada mereka terlebih dahulu. Oleh karena itu, produk yang saya buat juga terinspirasi dari kebutuhan anak-anak,” ujarnya.

Selain peran sebagai ibu yang mendorong semangatnya, Della juga belajar pentingnya menyampaikan hasil penelitian dengan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat umum. Ia percaya bahwa penelitian yang baik adalah yang bisa dimengerti oleh siapa saja, bukan hanya oleh ilmuwan.

Teknologi Ini Mengandung Karbon Aktif untuk Melindungi Rumah

"Pelajaran terbesarnya adalah bagaimana menyampaikan penelitian saya ini dimengerti oleh orang. Kadang-kadang penelitian baik tapi tidak bisa dideliver dengan baik, orang juga tidak mengerti. Jadi bagaimana ketika saya, ide utamanya itu bagaimana penelitian ini tuh bisa dipahami gitu. Bahkan dengan orang yang gak pernah belajar sains, mudah dipahami, mudah diikuti," jelas Della.

Oleh karena itu, ia berharap produk inovasi Kelakai-Tempe Nori nantinya mudah diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama bagi kalangan ibu hamil dan anak-anak.

Tomoro Coffee: Kisah Sukses Kedai Kopi Modern di Indonesia

Dalam perjalanan karier dan penelitiannya, Della juga membawa pesan kuat bagi sesama perempuan.

“Perempuan itu hebat. Mau bekerja atau tidak bekerja, perempuan pada dasarnya hebat. Jadi, apapun yang dikerjakan, keep doing it,” katanya.

Della menekankan agar perempuan tidak pernah merasa kecil atau berkecil hati. Bagi Della, perempuan adalah sosok istimewa yang memiliki kekuatan untuk berkontribusi dan memberikan yang terbaik bagi keluarga dan masyarakat.

Melalui prestasinya ini, Della tidak hanya menjadi inspirasi bagi dunia akademis tetapi juga bagi perempuan yang ingin terus maju, berkarya, dan berkontribusi bagi kesehatan dan lingkungan sekitar.

Sebagai informasi Program L’Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS) mendukung perempuan peneliti di Indonesia melalui kolaborasi dengan PT L'Oréal Indonesia, Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Sejak lebih dari 20 tahun, program ini telah memberikan dana penelitian hingga Rp400 juta setiap tahun kepada 75 perempuan peneliti. Program ini juga melibatkan lebih dari 1.400 peneliti, 65% di antaranya perempuan dan menghasilkan lebih dari 2.500 publikasi ilmiah. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya