Mengenal Diet Autofagi yang Disarankan Dokter! Turunkan BB, Cegah Kanker Hingga Jaga Kesehatan Jantung

ilustrasi perut rata, perut buncit, diet
Sumber :
  • Pixabay/ Public Domain Pictures

Jakarta, VIVA – Penyakit gangguan metabolik merupakan sekelompok kondisi medis yang memengaruhi cara tubuh memproses makanan menjadi energi. Gangguan ini dapat melibatkan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. 

Hari Kesehatan Nasional, Catatan PB IDI: Permasalahan di Indonesia Sangat Kompleks dan Beragam

Penyakit ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada, diabetest tipe 2, obesitas, sindrom metabolik, dan penyakit kardiovaskular. Dalam kasus gangguan metabolik, tubuh mungkin tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin secara efektif, yang berpotensi menyebabkan kadar gula darah yang tinggi. Selain itu, ketidakseimbangan lipid dapat mengakibatkan peningkatan risiko penyakit jantung. Scroll untuk informasi selengkapnya!

Sumber utama dari penyakit metabolik adalah obesitas. Seperti diketahui, obesitas terutama di bagian perut dapat mengganggu metabolisme tubuh. Selain itu, penumpukan lemak dalam tubuh akibat obesitas dapat meningkatkan tekanan darah, kolesterol dan kadar gula dalam darah.

Benarkah Kolesterol Tinggi dan Asam Urat Sebabkan Kanker Pankreas?

Ilustrasi perut buncit - lemak perut.

Photo :
  • Freepik: Anastasia Kazakova

Penyakit ini sendiri bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat. Selain berolahraga, mengatur asupan makanan juga penting. Spesialis penyakit dalam konsultan kardiovaskular dari RS Jantung Jakarta, Dr. dr. Todung D.A. Silalahi, Sp.PD-KKV, FINASIM, FICA, FAPSIC, FACC, FSCAI, menyinggung tentang diet autofagi yang disebut mampu membantu menurunkan berat badan untuk mereka yang memiliki penyakit sindrom metabolik.

Harapan Baru bagi Pasien Diabetes dan Kanker

Dijelaskan, dr. Todung, diet autofagi sendiri adalah diet dengan dua kali makan dalam satu hari yakni pada pukul 12.00 dan pukul 18.00.

"Makan dua kali jam 12 siang dan 6 malam, ini untuk menurunkan berat badan," kata dia dalam acara Heart-to-Heary: A Journey with OMRON & JHC' di RS Jantung Jakarta, Selasa 12 November 2024.

Lebih lanjut diungkap oleh dr. Todung, selama menjalani diet ini mereka yang memiliki riwayat penyakit metabolik tidak diperkenankan untuk sarapan. Bahkan termasuk buah-buahan seperti pisang.

"Pagi jangan makan walaupun buah. Ada yang diet tapi pagi makan pisang, 1 pisang itu kalorinya 200, itu sama seperti satu piring nasi," ungkapnya.

Todung juga menjelaskan bahwa nantinya mereka yang menjalani diet ini bisa makan seperti biasa pada pukul 12.00 dan 18.00. Beberapa makanan seperti ikan, daging dan telur bisa menjadi pilihan. Namun meski memiliki jam makan tertentu, dia mengingatkan untuk tidak makan dengan berlebihan di jam-jam tersebut.

"Makan bebas, waktunya bebas tapi jangan makan yang terlalu banyak, biasa saja. Ikan, daging, telur. Tidak ada pantangan, kecuali yang diharamkan," kata dia.

Todung juga menjelaskan diet jenis ini bahkan sudah dikembangkan di RS pemerintah Dharmais. Diet ini kata dia, disebut-sebut bisa meningkatkan usia pasien yang tidak memiliki harapan hidup tinggi.

"Semua yang berisiko untuk penyakit metabolik (menjalani diet ini). Bahkan sekarang di Dharmais dikembangkan untuk meningkatkan di usia yang pasien yang hopeless enggak ada harapan hidup," jelasnya.

Sementara itu, melansir dari berbagai sumber, autofagi ini merupakan proses alami tubuh untuk membuang sel-sel yang rusak dan tidak berfungsi, sekaligus menggantinya dengan sel-sel baru yang sehat. 

Ketika berpuasa, tubuh tidak mendapatkan asupan makanan selama berjam-jam dan membuat sel-sel tubuh menjadi 'kelaparan'. Di saat inilah, proses autofagi bekerja untuk menghancurkan sel yang sudah rusak dan menggantinya dengan yang baru.

Saat mengaktifkan mekanisme autofagi melalui puasa dan membuat tubuh berada pada fase ketosis, umumnya akan muncul beberapa gejala tertentu, seperti penurunan nafsu makan, munculnya bau keton (bau seperti buah atau bau logam), rasa lelah, dan penurunan berat badan akibat terpicunya pemecahan lemak.

Selain dapat menurunkan berat badan, beberapa manfaat dari autofagi antara lain menurunkan risiko terjadinya kanker dan diabetes tipe 2, membantu meningkatkan fungsi otak dalam mengingat, memproses informasi dan menentukan keputusan. Selain itu, autofagi juga dapat mencegah keparahan penyakit alzheimer, membantu meningkatkan kesehatan jantung hingga meningkatkan proses pembentukan energi. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya