Pasien Kanker Alami Nyeri Luar Biasa, Ternyata Ini Penyebabnya

Ilustrasi kanker
Sumber :
  • Pixabay

Jakarta, VIVA – Nyeri merupakan keluhan yang paling banyak dialami pasien termasuk penderita kanker. Lebih dari 50 persen pasien kanker stadium awal hingga menengah mengalami nyeri selama perjalanan kanker mereka. Sedangkan 90 persen pasien kanker mengalami nyeri selama perjalanan penyakitnya. 

Penderita Kanker Rektum Takut Kehilangan Fungsi Anus dan Tak Bisa BAB, Ini Penyebab dan Gejalanya

Spesialis anastesiologi dan terapi intensif dari Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah, dr. I Gusti Ngurah Akwila Dwi Yundha, Sp.An-TI, FIP mengungkap nyeri pada pasien kanker sendiri dapat berasal dari sel kanker. Scroll untuk info lengkapnya, yuk!

“Sel-sel abnormal tumbuh dan merusak jaringan di sekitarnya. Sel ganas yang terus membesar juga dapat menyebabkan tekanan pada saraf, tulang arah organ sehingga menimbulkan rasa nyeri. Kanker yang sudah menyebar ke organ lain seperti tulang, juga dapat menimbulkan rasa nyeri luar biasa,” kata dia saat media briefing di kawasan Menteng Jakarta Pusat, Senin 11 November 2024.

Lawan Kanker Kulit dan Otot, Ini Cerita Bams Eks Samsons

Ilustrasi sel kanker.

Photo :
  • Pixabay

Lebih lanjut, nyeri yang dialami pasien kanker juga bisa disebabkan karena efek samping pengobatan kanker seperti kemoterapi, radiasi, pembedahan dan konsumsi obat-obatan. Meski dapat membunuh sel kanker, terapi juga dapat menimbulkan efek samping berupa munculnya nyeri. Kondisi ini terjadi karena adanya gangguan pada saraf di sekitar lokasi tumbuhnya sel kanker. 

Awas! 5 Kebiasaan yang Diam-Diam Memicu Risiko Kanker

“Dengan kemo atau radiasi ada jaringan mati di dalam, jaringan yang mati akan melepaskan mediator inflamasi maka akan nyeri,” ungkapnya.

Tidak hanya itu saja, Yundha juga menjelaskan bahwa ada total in pain yang dirasakan pasien kanker. Nyeri ini kata dia bukan hanya karena efek samping dari pengobatan saja tapi secara keseluruhan. 

“Total pain nyerinya bukan cuman karena kemo atau radiasi. Tapi juga ketika mengalami hambatan sosial akibat kanker bisa perberat nyeri. Secara psikologis karena cemas tau penyakit ini tidak bisa sembuh, harus dibuang salah satu organ pentingnya, itu akan menggangu, secara spiritual juga semua ini total pain,” jelas dia. 

Maka dari itu, Yundha mengungkapkan, pasien kanker yang mengalami nyeri harus menjalankan managemen nyeri. Managemen nyeri ini adalah sekumpulan prosedur medis yang dilakukan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri pada pasien, meningkatkan fungsi bagian tubuh yang nyeri, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. 

Manajemen nyeri akan diberikan ketika pasien sudah merasakan nyeri yang signifikan atau berkepanjangan.

“Targetnya bisa mencapai quality of life. Sehingga tidak cemas, tidak ada gangguan mood dan sebagainya. Agar pasien bisa melakukan aktivitas. Bebas gejala, meski tidak setiap saat, sehingga dia bisa lakukan hubungan sosial. Yang terpenting ketika diliat secara keseluruhan pasien baik-baik saja,” jelasnya. 

Ada beberapa jenis terapi nyeri antara lain manajemen farmakologi berupa terapi pengobatan pereda nyeri hingga non farmakologi seperti stimulasi area nyeri dengan pemijatan, kompres dingin, kompres hangat, penggunaan modalitas Transcutaneus Electric Nerve Stimulatuon, teknik-teknik relaksasi hingga terapi musik.

“Untuk mengurangi nyeri pada kanker bisa menggunakan obat analgesik seperti paracetamol atau bahkan morfin. Ada juga adjuvan seperti obat antidepresan dan obat anti kejang. Lalu ada juga regional anastesia hingga melakukan ablasi saraf ulang bisa bertahan antara 3 hingga 6 bulan,” kata dia.  

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya