HFMD Banyak Menyerang Anak di Bawah 10 Tahun, Ini Tanda-tanda yang Perlu Diwaspadai

Ilustrasi virus.
Sumber :
  • Pixabay

Jakarta, VIVA – Salah satu penyebab HFMD (Hand, Foot, and Mouth Disease) atau yang selama ini disalahpahami sebagai penyakit Flu Singapura, adalah Virus EV71 atau Enterovirus 71. 

Jangan Panik Kalau Anak Kena HFMD, Begini Penanganannya Menurut Dokter

Penyakit yang sering menyerang anak-anak usia 5-10 tahun ini sangat menular. Lalu, bagaimana cara pencegahannya? Scroll untuk informasi selengkapnya, yuk!

Berdasarkan data Journal Biomedical Science tahun 2019, terjadi kejadian luar biasa HFMD di beberapa negara Asia Pasifik. Di Singapura, salah satu wabah terbesar terjadi pada 2008 yang mencapai 30 ribu kasus. 

Punya Tanda yang Mirip, Pahami Beda Lesi Flu Singapura dengan Cacar Air

Sementara Malaysia pada tahun 1997, sebanyak 29 anak meninggal dunia, tahun 1998 sebanyak 78 anak di Taiwan meninggal, dan di Tiongkok, sebanyak 3.322 anak meninggal dunia antara 2008 sampai 2015. 

Ilustrasi bayi

Photo :
  • Pexels
Cegah Meningitis, Ini Gejala yang Perlu Diwaspadai Orangtua dari Flu Singapura

Di Vietnam, tahun 2011 - 2012, sebanyak 200 orang meninggal dalam waktu dua tahun. Di Kamboja, sebanyak 52 orang meninggal pada 2012. Tahun 2023, 23 anak meninggal dunia di Vietnam akibat Enterovirus 71.

Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan kenaikan kasus HFMD di seluruh provinsi pada awal 2024 yaitu sebanyak 6.500 kasus. Sistim Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) menunjukkan tahun 2024 terdapat 27.417 kasus suspek HFMD. 

Berdasarkan data tersebut, sebagian besar kasus HFMD terjadi pada anak-anak dan beberapa pada orang dewasa. Sedangkan pada tahun 2023, berdasarkan data terdapat sebanyak 11.651 kasus suspek HFMD, dan 8.125 kasus pada tahun 2022 di Indonesia.  

Dokter Spesialis Anak, dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A., memaparkan, kasus terbanyak pada awal 2024, terjadi di Pulau Jawa, terutama Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Penularan HFMD juga terjadi di Jakarta, Kalimantan, dan Bali. 

Mobilitas tinggi, dalam hal ini pergerakan manusia selama mudik Lebaran dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan turut meningkatkan risiko penularan HFMD, terutama di kalangan bayi dan balita.

“Usia yang paling sering terkena HFMD ialah anak-anak di bawah 10 tahun, dan insiden tertinggi terjadi pada anak di bawah usia 3 tahun. Orang dewasa bisa terkena HFMD, namun kasus ini jarang terjadi dibandingkan pada anak-anak,” ujar dokter Kanya di acara Kalventis Luncurkan Vaksin EV71 yang digelar Kalbe Farma, di Jakarta, baru-baru ini.

Dokter Kanya lebih lanjut mengatakan, ada sejumlah tanda yang perlu diwaspadai orangtua terkait risiko HFMD. Salah satunya, demam dengan suhu lebih dari 39 derajat Celcius dan berlangsung hingga tiga hari. 

“Kemudian, apabila sariawan yang timbul di membran mukosa mulut disertai dengan nyeri menelan (faringitis) sampai menimbulkan tidak nafsu makan atau minum dan berujung ke kondisi tubuh anak lemas,” jelasnya.

Menurut dokter Kanya, apabila kondisi memburuk, gejala HFMD dapat menyebabkan komplikasi. 

“Paling sering komplikasi karena sulit atau nyeri saat menelan karena sariawan yang menyebabkan dehidrasi sedang hingga berat, dan meningitis aseptik atau ensefalitis hingga dapat mengancam jiwa,” ungkapnya.

Pembagian Masker Gratis untuk Anak Sekolah. Foto ilustrasi.

Kasus KLB Meningkat di Kalangan Anak Sekolah, IDAI Ingatkan Pentingnya Vaksinasi

Dalam beberapa bulan terakhir, telah terjadi peningkatan kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit di kalangan anak-anak di sekolah dan asrama.

img_title
VIVA.co.id
13 November 2024