Tantangan Terbesar Penanganan Kanker di Indonesia, Ternyata Berasal dari Masyarakat Sendiri
- Pixabay
Jakarta, VIVA – Hingga saat ini, kanker payudara masih menjadi jenis kanker terbanyak nomor 2 di kalangan perempuan di Indonesia, dan salah satu penyebab utama kematian terkait kanker. Hampir 70 persen diketahui sudah pada stadium lanjut. Oleh sebab itu, penanganan kanker menjadi salah satu prioritas pemerintah untuk menurunkan angka kematian akibat kanker.
Menurut Global Cancer Observatory (Globocan) 2022, setiap tahunnya, lebih dari 66 ribu wanita Indonesia menerima diagnosis kanker payudara dengan tingkat kematian yang sangat tinggi, yaitu 30 persen dari total kasus. Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan Indonesia (A2KPI) juga menyoroti statistik yang memprihatinkan, di mana lebih dari 48 persen pasien didiagnosis pada Stadium III dan 20 persen pada Stadium IV, serta 70 persen pasien meninggal atau mengalami masalah finansial hanya dalam waktu 12 bulan sejak terdiagnosa. Scroll untuk informasi selengkapnya!
Ternyata, masalah penanganan kanker ini masih menghadapi berbagai tantangan yang salah satunya berasal dari masyarakat sendiri. Tidak sedikit orang yang takut melakukan pemeriksaan dini sehingga kanker di dalam tubuhnya tidak segera terdeteksi.
"Pasien yang datang 60-70 persen dalam kondisi stadium 3 atau 4. Padahal semakin lanjut stadiumnya, semakin kecil keberhasilan pengobatannya dan biaya yang dikeluarkan juga semakin besar," ungkap Koordinator Pelayanan Kanker Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (PKaT RSCM), Prof. Dr. dr. Soehartati Argadikosoemo Gondhowiardjo, Sp.Rad (K),Onk.Rad," dalam acara konferensi pers A2KPI di Jakarta, Kamis 31 November 2024.
Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Rencana Kanker Nasional 2024 - 2034 dan menyerukan agar segera ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Aksi Nasional Kanker Payudara (RAN Kanker Payudara). RAN Kanker Payudara adalah strategi nasional untuk menurunkan beban penyakit kanker payudara dan mencapai target penurunan angka kematian akibat kanker payudara sebesar 2,5 persen per tahun sebagaimana ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui Global Breast Cancer Initiative.
Meskipun Pemerintah RI sudah berupaya mengadakan alat-alat canggih dan tenaga kesehatan yang mumpuni, namun kesadaran atau awareness dari dalam diri masyarakat sendiri yang masih sangat rendah sehingga membuat banyak orang yang takut periksa ke dokter.
"Kalau dilihat sekarang fasilitas penanganan sudah disebarkan di mana-mana, saya dokter Onkologi radiasi. Kurang lebih akhir tahun ini atau pertengahan tahun depan sudah setengah provinsi ada peralatan radiasi, bukan hanya alat tapi tenaga. Tapi motivasi masyarakat juga harus ditingkatkan," jelasnya.